NUSA DUA – Indonesia yang bertindak sebagai presidensi G20 dengan tegas menyatakan masih membutuhkan energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energi. Namun demikian pemerintah tetap memiliki roadmap menuju transisi energi menuju ke penggunaan lebih Energi Baru Terbarukan (EBT).

Ego Syahrial, Staf Khusus Menteri bidang Transisi Energi, menegaskan dalam Energi Transitions Ministerial Meeting (ETMM), pemerintah Indonesia dengan tegas menyatakan transisi energi memang tidak bisa ditawar. Namun untuk menjalankannya tetap membutuhkan pendanaan maupun energi. Di situlah peran energi fosil.

Namun demikian energi fosil yang digunakan akan fokus ke gas bumi tidak lagi ke minyak. Karena gas memang harus diakui jauh lebih bersih ketimbang minyak.

“Kita tuh in the middle in energy crisis. Sehingga peran fosil tetap masih diperlukan untuk mengisi gap karena terjadi shortage dalam penurunan investasi saat pandemi dan supply oil and gas. Indonesia juga sudah mendelarasikan bahwa, fosil terutama yang dari gas ini untuk mengawal transisi,” jelas Ego saat ditemui disela ETMM, Nusa Dua, Bali, Jumat (2/9).

Lebih lanjut Ego menuturkan salah satu strategi yang diusung pemerintah Indonesia untuk melakukan transisi energi dengan mengoptimalkan penggunaan gas adalah dengan mengganti pembangkit listrik yang semula memakai BBM menjadi gas.

“Program transisi ini peran gas kita ini untuk melakukan transisi. Salah satunya dedieseliasi PLTD melalui program gasifikasi pembangkit. Sebelum 100% nusantara grid ini selesai. Jadi asampai wal 2045 masih cukup berperan (gas),” ungkap Ego.

Jumlah pembangkit yang dikonversi menjadi bertenaga gas sebanyak 26 pembangkit dengan total kapasitas mencapai 1.018 MW dan alokasi gas yang dibutuhkan 72,32 BBTUD. Selain itu ada tujuh pembangkit listrik bertenaga gas yang baru dibangun. Seluruhnya berada di wilayah Indonesia bagian timur dengan kapasitas 180 MW dan gas yang dibutuhkan 11,42 BBTUD.

Sehingga total keseluruhan pembangkit listrik yang masuk dalam penugasan Pertamina dan PLN untuk disediakan LNG dan menjadi berbahan bakar LNG atau gas berjumlah 33 pembangkit dengan kapasitas 1.198 MW dan kebutuhan gas 83,74 BBTUD. (RI)