JAKARTA – Pemerintah memang sudah sepatutnya pro aktif dalam kegiatan eksplorasi migas, misalnya survei geoscience ataupun survei 3D termasuk dengan menanggung seluruh biaya sehingga bisa disajikan data yang komperehensif untuk ditawarkan kepada perusahaan atau kontraktor migas.

Pri Agung Rakhmanto, pengamat migas dari Universitas Trisakti, mengatakan inisiatif negara dalam kegiatan survei geoscience sudah lazim dilakukan di banyak negara. Untuk itu ia menyambut baik jika langkah tersebut akan diikuti oleh pemerintah Indonesia.

“Dalam praktek di banyak negara, itu juga hal yang lazim dimana tuan rumah menyediakan data dasar yang lebih matang, salah satunya dengan melakukan survei geoscience secara mandiri seperti itu,” kata Pri Agung kepada Dunia Energi, Kamis (12/11).

Menurut dia tanggung jawab itu seharusnya tidak sulit dilakukan oleh pemerintah karena dari sisi biaya untuk kegiatan eksplorasi juga porsinya tidak terlalu besar dibandingkan kegiatan lainnya. Jadi, terhadap kebijakan pemerintah itu, di satu positif, di sisi lain juga masih dalam jangkauan (kemampuan) anggaran pemerintah.

“Survey juga bukan merupakan yang terbesar, apalagi kalau survei geoscience awal, yang porsinya paling besar dalam eksplorasi, tentu adalah pengeboran sumur,” ujarnya.

Hanya saja Pri Agung mengingatkan bahwa perlu ada pemahaman publik bahwa kegiatan survei geoscience tidak serta merta giant discovery atau penemuan cadangan migas raksasa bisa langsung terealisasi.

Survey-survey seperti ini kata dia baru langkah awal di dalam eksplorasi. Secara teknis ini lebih kepada membangun database atau informasi awal. Hasil dari survei kemudian diolah dan dianalisis dulu lebih lanjut, misalnya bagaimana geological play dan geophysical analisisnya.

“Jika cukup menggambarkan sesuatu yang prospektif, baru kemudian dilanjutkan dengan pengeboran-pengeboran sumur eksplorasi,” jelas Pri Agung.

Selain itu keberhasilan dari hasil survei ini juga Juga tergantung pada besaran atau magnitude anggaran dan coverage wilayahnya berdasarkan besaran anggaran tersebut. Besaran anggarannya ini yang akan menentukan.
Pri Agung juga mengingatkan ada masalah klasik lain yang berpotensi menghambat survei yakni perizinan. “Hambatan implementasi, kemungkinan di aspek operasionalnya, terutama terkait perijinan-perizinan,” ujarnya.

[irp posts=”31001″ name=”Buru Cadangan Migas, Pemerintah akan Tanggung 100% Biaya Survei Seismik 3D”]

Hadi Ismoyo, Sekjen Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) juga menyambut baik adanya wacana pelaksanaan survei 3D masif yang akan dilakukan oleh pemerintah.

Hadi menuturkan agar rencana ini benar-benar terealisasi maka pendanaannya bisa dari berbagai macam sumber. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tentu bisa jadi pilihan utama. Namun ada juga opsi lain yang bisa dicoba seperti dari signature bonus atau komitmen pasti yang sudah dikantongi pemerintah.

Menurut dia langkah itu sebagai salah satu bentuk terobosan yang dibutuhkan di industri migas tanah air saat ini. “Sangat dibutuhkan untuk terobosan di dunia migas. Tata kelola data yang high quality dan resolusi sangat penting,” ungkap Hadi saat dihubungi Dunia Energi.

Ia menyatakan rencana tersebut sudah terbukti di beberapa negara bisa hasilkan data migas yang baik dan berujung pada penemuan giant discovery. “Sangat common di industri migas , di negara negara lain yang akhirnya mendapatkan giant discovery akhir akhir ini juga tidak pelit masalah data,” kata dia.

Pemerintah akan masif menggenjot investasi eksplorasi hulu migas guna mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan gas 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) pada 2030 mendatang. Salah satu yang akan dilakukan untuk meningkatkan gairah eksplorasi adalah menyediakan data terbaik bagi para investor.

Ego Syahrial, Sekjen Kementerian ESDM, mengungkapkan untuk meningkatkan kualitas data migas Indonesia pemerintah akan belajar dari Mesir. Negara Afrika yang kaya akan minyak itu melakukan langkah tepat ketika berkontrak dengan perusahaan geoscience internasional untuk memgumpulkan data sebanyak-banyaknya melalui survei seismik sebagai modal untuk kegiatan eksplorasi lanjutan dalam penemuan cadangan migas.

“Ini kita pelajari contohnya yang dilakukan Mesir. Salah satunya berkontrak langsung dengan lembaga geoscience ternama untuk melaksanakan survei 3D dan pembiayaan 100% dari pemerintah. Itu dampaknya luar biasa,” kata Ego.

ketika data hasil survei telah didapatkan maka akan ditawarkan kepada para investor. Dengan kualitas data yang baik maka investor yang berminat tidak akan segan melakukan investasi lanjutan di tanah air. ‘”Hasil seismik langsung dijual kontraktor. Ini mungkin salah satu yang perlu kita dorong,” ungkap Ego. (RI)