JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menegaskan akan menggunakan gas alam atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang akan menunjang operasional kegiatan penambangan serta pengolahan nikel di blok Bahadopi. Manajemen sendiri siap menanggung membengkaknya biaya dari keputusan tersebut.

Febriany Eddy, Direktur Utama dan CEO Vale Indonesia menuturkan penggunaan gas alam dalam pengembangan blok Bahadopi jadi milestone penting untuk mengubah citra dunia tambang nasional. Vale kata dia mau menunjukkan komitmen bahwa kegiatan tambang juga bisa menerapkan kegiatan yang rendah emisi dan berkelanjutan.

“Salah satu bukti keberlanjutan ini dilihat dari energi kami dan Xinhai (mitra) sepakat untuk menggunakan emisi rendah karbon dan ini akan digerakkan dengan tenaga gas alam,” kata Febriany di Jakarta (6/9).

Bahkan menurut dia, Vale dan para mitra rela menggelontorkan dana investasi lebih untuk merealisasikan penggunaan LNG di blok Bahadopi. “Estimasi biaya capex senilai US$2,1 miliar untuk pembangunan pabrik termasuk didalamnya ada tambahan biaya US$300 juta plus LNG,” ungkap dia.

Blok Bahadopi nantinya direncanakan bisa memproduksi nikel dengan maksimal kapasitas mencapai 80 ribu ton per tahun. Untuk itu kebutuhan gasnya juga tidak sedikit.

Sementara itu Bernardus Irmanto, Direktur Keuangan Vale Indonesia, menjelaskan berdasarkan kajian yang ada kebutuhan gasnya diperkirakan mencapai 22 juta MMBTU per tahun.

“Itu yang sedang kita kerjakan bersama-sama dengan pemerintah, Dirjen migas dan SKK Migas menunjuk beberapa perusahaan untuk diskusi lanjut,” ungkap Bernardus. (RI)