JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memiliki pekerjaan besar yakni mengerjakan enam proyek kilang, terdiri dari empat Refinery Development Master Plan (RDMP) atau pengembangan kilang eksisting, serta pembangunan dua kilang baru atau New Grass Root Refinery (NGRR).

Sayangnya progres pengerjaan megaproyek tersebut cukup lambat. Sejak dicanangkan pada 2014, hingga kini baru satu proyek yang telah memasuki tahap konstruksi, yakni proyek Kilang Balikpapan. Proyek kilang lainnya masih dalam tahap administrasi, negosiasi ataupun pembebasan lahan.

Proyek kilang yang digarap Pertamina mencakup empat proyek upgrading dan dua kilang baru. Proyek upgrading ini, selain Kilang Cilacap dan Balikpapan, yakni di Kilang Balongan, Jawa Barat dan Dumai, Riau. Walaupun dua proyek kilang terakhir ini belum bergulir. Sementara Kilang Tuban dan Bontang komplek kilang baru.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pemerintah pada dasarnya terus mendorong Pertamina untuk terus melakukan berbagai upaya percepatan pengerjaan megaproyek kilang. “Kami dorong lebih cepat,” kata Arcandra di Jakarta, Kamis (3/10).

Selama lima tahun berjalan Kilang Balikpapan terlihat paling maju perkembangannya. Pertamina telah menetapkan kontraktor pelaksanaan rancangan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) terdiri dari joint operation empat perusahaan dalam dan luar negeri, yaitu SK Engineering & Construction Co Ltd, Hyundai Engineering Co Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk. Kontrak pembangunan kilang ini mencakup inside battery limit (IBL) maupun outside battery limit (OBL). Saat ini, Pertamina menggarap Proyek Kilang Balikpapan sendiri, namun perseroan telah memulai proses pemilihan mitra.

Pertamina masih menyeleksi perusahaan migas yang akan menjadi mitra dalam perusahaan patungan (joint venture/JV). “Proses seleksi partner masih berjalan, sudah beberapa jadi shortlist calonnya, masih dibahas,” ungkap Arcandra yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina.

Perkembangan selanjutnya adalah di Kilang Tuban yang menggandeng perusahaan migas Rusia, yakni Rosneft Oil Company. Pertamina dan Rosneft Oil Company sudah sepakat melanjutkan proyek ke tahap desain dasar (basic engineering design/BED) dan desain rinci (front end engineering design/FEED).

Arcandra menyebut bahwa perkembangan Proyek Kilang Tuban sudah cukup bagus. Pertamina kini sedang mengerjakan pengadaan lahan untuk proyek ini. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memenangkan banding di Mahkamah Agung atas permasalahan lahan yang sebelumnya dimenangkan oleh warga pemilik lahan.

“Sekarang finalisasi untuk licensor, kemudian project management contractor sedang berlangsung. Selain itu, general engineering design dengan kontraktor sedang di-follow up,” kata Arcandra.

Untuk Kilang Cilacap, Pertamina memperpanjang perjanjian pembentukan perusahaan patungan (joint venture development agreement/JVDA). Pasalnya, Pertamina dan Saudi Aramco masih merampungkan valuasi aset yang merupakan syarat dari pembentukan perusahaan patungan. JVDA sendiri seharusnya berakhir pada September lalu.

“Yang (Kilang) Cilacap, JVDA diperpanjang sampai 31 Oktober, karena valuasi masih berjalan,” kata dia.

Pengerjaan Kilang Bontang, Pertamina juga tidak sendiri karena sudah menetapkan mitra yakni Overseas Oil and Gas (OOG) LLC. “Pertamina dan OOG masih melakukan pembahasan untuk penyusunan JVDA. “Masih dalam membahas JV agreement seperti apa, kemudia JV company,” ujarnya.

Dalam frame work agreement dengan OOG pembahasan atau negosiasi pembentukan JV berlaku sampai tahun ini. Pada saat itu, pembentukan perusahaan patungan memang ditargetkan selesai tahun ini. Di saat yang sama percepatan pengerjaan proyek Kilang Bontang dilakukan dengan menggabungkan lelang paket desain rinci (front end engineering design/FEED) dan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC).

Proyek GRR Tuban dan RDMP Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2025. Di tahun itu, kapasitas kilang Pertamina kembali naik menjadi 1,5 juta barel per hari (bph). Kemudian di 2026, seluruh proyek kilang ditargetkan rampung, yakni GRR Bontang, RDMP Balikpapan Fase 2, RDMP Balongan Fase 2, dan kilang petrokimia Balongan. Pada 2026, kapasitas kilang perseroan melejit menjadi dua juta bph.(RI)