JAKARTA – Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menyatakan dukungan penuh terkait rencana implementasi co-firing PLTU batu bara dengan bahan bakar biomassa. Surya Darma, Ketua Umum METI, mengatakan bahwa agar tantangan dalam penyediaan bahan baku biomassa berkesinambungan, pemerintah perlu menginventarisasi dan membuat peta jalan (road map) penyiapan suplai yang baik.

“Dan pada waktunya kita berharap bukan lagi co-firing, tapi ganti dengan pembangkit listrik tenaga biomasa,” kata Surya Darma, kepada Dunia Energi, Selasa(10/11).

Pelaksanaan program co-firing biomassa diharapkan dapat lekas terlaksana untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Co-firing PLTU batubara dengan bahan bakar biomassa adalah upaya alternatif mengurangi pemakaian batu bara dengan mengganti sebagian batu bara dengan bahan bakar biomassa dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan. Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, program ini juga berdampak positif pada pengembangan ekonomi kerakyatan yang produktif (circullar economy) melalui penciptaan ekosistem listrik kerakyatan yang melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pelaksanaannya.

Surya Darma menjelaskan, biomassa dalam konsepnya tentu akan bisa menurunkan emisi, apalagi jika disuplai dengan pola hutan tanaman energi sehingga akan saling mengisi antara hutan dan energi.

“Kita perlu yang punya kepastian suplai yang lebih baik. Artinya, mulai dipikirkan konsep hutan energi, bukan sekedar pangan. Harus dipikirkan hutan untutk energi. Kementerian LHK sebetulnya sudah cadangkan kawasan utk hutan energi. Hal ini perlu sinkronisasi,” tandas Surya Darma.(RA)