BATANGTORU– PT Agincourt Resources, cicit usaha PT Astra International Indonesia Tbk (ASII) di sektor pertambang emas, menganggarkan dana sebesar US$ 25 juta atau setara Rp 355 miliar (kurs Rp 14.200 per dolar AS) untuk kegiatan eksplorasi lanjutan untuk menemukan cadangan emas baru di tambang emas Martabe di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Tim Duffy, Wakil Presiden Direktur dan CEO PT Agincourt Resources, mengatakan dana eksplorasi dan penggunaannya sejauh ini sudah sesuai rencana. Agincourt tahun ini memiliki agenda untuk eksplorasi lanjutan di lokasi yang berbeda untuk menemukan cadangan emas baru.

“Per akhir Desember 2018, jumlah cadangan mineral di tambang Martabe diperkirakan mencapai 8,1 juta ounces emas dan 69 juta ounces perak,” ujar Duffy kepada para editor senior dan pemimpin redaksi media di Batangtoru, Selasa (20/8).

Duffy mengatkan cadangan mineral di Martabe tersebut tersebar di enam area deposit. Namun dari enam area itu baru tiga yang sudah berproduksi yaitu Purnama Pit, Ramba Joring Pit dan Barani Pit. “Tiga lainnya yaitu Uluala Hulu, Tor Uluala dan Tor Uluala West belum produksi,” katanya.

Dari cadangan yang ada tersebut, Duffy menaksir umur deposit tambang emas Martabe mencapai 15-16 tahun. Dengan demikian, kegiatan eksplorasi lanjutan yang cukup agresif diperlukan untuk memperpanjang umur deposit tambang Martabe.

“Selain memperpanjang umur cadangan, kami juga berupaya untuk meningkatkan efisiensi pengoperasian tambang emas Martabe,” katanya.

Area tambang emas Martabe yang dikelola Agincourt Resources di Batangtoru, Tapanuli Selatan. (foto: dudi rahman/dunia-energi).

Agincourt menargetkan biaya produksi tambang Martabe bisa ditekan hingga di bawah US$ 600 per ounces. Sementara produksi emasnya ditargetkan meningkat hingga mencapai 400.000 ounces tahun ini.

Peningkatan target tersebut sejalan dengan pencapaian kinerja penjualan pada 2018 yang mencapai 412.000 ounces emas dan 3,3 juta ounces perak.
Peningkatan target produksi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Apalagi saat ini harga emas dunia menunjukkan tren kenaikan.

“Kenaikan harga emas memang memberikan prospek positif bagi perusahaan. Namun kami tetap fokus saja untuk terus meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” katanya.

Berdasarkan laporan keterbukaan informasi United Tractors pada 24 Juli 2019, hingga semester I 2019, Agincourt membukukan penjualan 194 ribu emas setara ounces (GEOs). Penjualan tertinggi tercatat pada Maret 2019 sebesar 39 ribu GEOs. Untuk penjualan Juni tercatat sebesar 29 ribu GEOs. Tahun ini United Tractors memasang target penjualan emas sebesar 360 ribu ounces.

Pada 2018, Agincourt membukukan laba bersih US$166,79 juta, naik dibandingkan 2017 sebesar US$151,34 juta. Peningkatan pendapatan ditopang kenaikan pendapatan dari US$484,44 juta menjadi US$574,19 juta serta penurunan beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) menjadi US$205,52 juta dari 2017 sebesar US$217,58 juta. Sementara itu, EBITDA mencapai US$270,7 juta, naik dari 2017 sebesar US$ 203,2 juta.

PT Agincourt Resources merupakan pengelola Tambang Emas Martabe, yang 95% sahamnya dikuasai PT Danusa Tambang Nusantara sedangkan sisanya 5% dipegang oleh BUMD milik pemda yaitu PT Artha Nugraha Agung (ANA). Dana Tambang Nusantara merupakan perusahaan terafiliasi Astra melalui kepemilikan PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Pamapersada Nusantara masing-masing 60% dan 40%. (DR)