JAKARTA – Program Enhanced Oil Recovery (EOR) menjadi salah satu andalan utama untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi di Blok Rokan pasca dikelola oleh PT Pertamina (Persero) mulai Agustus 2021 mendatang. Namun tantangan terbesar untuk menerapkan EOR dengan menggunakan bahan kimia adalah penggunaan formula untuk memproduksi bahan kimia yang akan diinjeksi atau dimasukan ke dalam reservoir. Selama ini hanya PT Chevron Pacifc Indonesia yang memiliki formula tersebut karena kajian EOR telah lama dilakukan Chevron di Rokan.

Djoko Siswanto, Sekretaris Jendral Dewan Energi Nasional (DEN), mengungkapkan ada empat formula yang dibutuhkan dalam program EOR di Rokan. Namun Chevron hanya bersedia memberikan tiga formula kepada Pertamina sebagai kontraktor berikutnya dan satu formula lainnya tidak bersedia diberikan.

“Chevron enggak mau memberikan formula, ada empat formula yang tiga diberikan yang satu enggak,” kata Djoko disela diskusi virtual, Kamis (12/11).

Djoko meminta Pertamina untuk aktif mempersiapkan kegiatan EOR di Rokan yang ditargetkan bisa dimulai pada 2024. Untuk urusan formula pada bahan kimia EOR, Djoko optimistis dengan koordinasi Pertamina dan berbagai lembaga maka formula bahan kimia bisa ditemukan, sehingga Pertamina tidak perlu lagi bergantung pada formula yang tidak diberikan Chevron.

Menurut dia dengan kemampuan para peneliti Indonesia seharusnya formula tersebut bisa ditemukan.

“Ya sudah ambil core batuan resevoirnya, bawa ke Lab Lemigas, Perguruan Tinggi, BPPT, Corelab, untuk mencari satu formula tersebut untuk di Minas agar ditemukan (formulanya). Kita kan banyak expert duit risetnya bisa dicari, masa enggak bisa menemukan satu formula yang enggak diberikan Chevron, harusnya sudah bisa,” tegas Djoko.

Pertamina pernah menyatakan adanya ganjalan penggunaan formula EOR dalam implmentasi EOR di Rokan yang dimiliki oleh Chevron sehingga harus kembali melalui kesepakatan bisnis, karena dianggap bukan bagian yang di cost recovery sehingga tidak wajib dikembalikan negara.

Albert Simanjuntak, Presiden Direktur Chevron Pacific dalam paparannya di komisi VII DPR pada awal tahun ini pernah menyatakan ada salah satu formula yang tidak termasuk cost recovery nantinya menjadi urusan business to business (B-to-B) dengan Pertamina.

“Ada formulanya termasuk cara melaksanakannya, SOP teknisnya. Chemical-nya diproduksi oleh Chevron, tentu pabriknya miilik Chevron. Nanti ada pembicaraan B-to-B,” ujar Albert.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina mengatakan kajian terkait EOR memang telah dilakukan Chevron. Kajian EOR telah dilakukan Chevron selama empat tahun.

“Ini yang sebetulnya kami inginkan agar diserahkan juga ke Pertamina ketika nanti terjadi alih kelola karena kami berpikir ini cost recovery. Namun ternyata ada formula yang enggak masuk cost recovery,” kata Nicke.(RI)