JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia ternyata tidak lagi berinvestasi melakukan pengeboran sumur-sumur eksploitasi sepanjang 2019 di Bllok Rokan. Kontrak Chevron di Rokan akan habis pada 8 Agustus 2021.

Albert Simanjuntak, Presiden Direktur Chevron Pacific, mengungkapkan terakhir kali pengeboran sumur di Rokan dilakukan pada 2018. Seiring berakhirnya kontrak pada  2021 maka pengeboran di Rokan tidak lagi ekonomis bagi Chevron.

“Saat ini kami sudah enggak ekonomis untuk bor sumur, terakhir kami bor 89 sumur pada 2018,” kata Albert disela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (20/1).

Menurut Albert, sebagai gantinya pengeboran, Chevron  melakukan reparasi atau well service dengan memanfaatkan teknologi baru sehingga produksi di Blok Rokan tetap bisa optimal. Dengan cara itu produksi Rokan tahun lalu masih mampu mencapai target Work Plan and Budget (WPNB) yang disepakati bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).

“Pada 2019 kami fokus melakukan work over dengan menggunakan digital teknologi yaitu memilih kandidat-kandidat sumur yang dikerjakan dan meminimalisir downtime. Kami sangat bersyukur pendekatan yang dilakukan Alhamdulillah mampu melampau rencana yang disetujui 102,5% dari WPNB,” kata Albert

Berdasarkan persetujuan WPNB lifting minyak dari Blok Rokan sebesar 185.300 barel per hari (bph). “Kami Alhamdulillah berhasil melampaui realisasi 190 ribu bph,” tukasnya.

Berdasarkan data SKK Migas rata- rata lifting minyak dari blok Rokan pada tahun lalu sebesar 190,13 ribu bph. Angka ini sebenarnya sudah turun dibanding
2018 yakni sebesar 209,47 ribu bph.

Di Blok Rokan lanjut Albert Chevron juga melakukan injeksi air terpola di banyak lapangan termasuk lapangan minas. “Itu sangat penting untuk kami termasuk, upaya melakukan optimalisasi injeksi itu sangat penting agar jaga penurunan produksi enggak terlalu tajam,” kata Albert.

Kontribusi Blok Rokan sangat signifikan terhadap produksi minyak nasional. Jika tidak ada transisi alih kelola pada tahun ini maka hampir pasti dipastikan 2020 dan 2021 produksi Blok Rokan akan anjlok drastis. Bahkan bardasarkan kalkulasi SKK Migas penurunan produksi bisa mencapai 20 ribuan bph.

Pada 2020, produksi minyak Blok Rokan ditargetkan 161 ribu bph. Padahal dua tahun lalu atau di 2018, blok tersebut masih bisa produksi 210 ribu bph atau kedua terbesar setelah Blok Cepu, lebih dari seperempat dari total produksi minyak nasional saat ini.(RI)