JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia, pengelola Blok Rokan menyatakan ada tiga pilihan cara pengeboran yang bisa dilakukan di masa transisi alih kelola sekaligus menjadi cara PT Pertamina (Persero) untuk masuk berinvestasi pada tahun ini. Chevron juga menegaskan tidak akan lagi melakukan pengeboran di Rokan. Padahal pengeboran menjadi salah satu syarat utama kelangsungan produksi minyak di Rokan

Albert Simanjuntak, Presiden Direktur Chevron Pacific, mengatakan hingga kini belum ada keputusan final antara Chevron dengan Pertamina mengenai cara Pertamina masuk di Rokan. Pembahasan mekanisme investasi Pertamina terutama untuk melakukan pengeboran sudah dimulai sejak awal 2019 yang dibahas bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).

”Kami sudah intensif kerja sama SKK Migas dan Pertamina mencari solusi bagaimana Pertamina bisa mengebor atau Chevron yang bor,” kata Albert disela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (20/1).

Tiga opsi mekanisme pelaksanaan pengeboran sumur di Rokan yang pertama adalah Chevron yang mendanai dan melakukan pengeboran. Kedua Chevron melakukan pengeboran dan Pertamina yang mendanai. “Ketiga Pertamina mendanai dan yang melakukan pengeboran bor,” ujar Albert.

Menurut Albert, pembahasan proses transisi terbilang rumit lantaran skema yang digunakan dalam kontrak Blok Rokan menggunakan skema kontrak cost recovery. Chevron  tidak ingin tercoreng nama baiknya di industri migas internasional lantaran meninggalkan jejak hitam anjloknya produksi blok Rokan ke Pertamina setelah selesai dikelola mereka selama 50 tahun.

“Ini kompleks, karena ini PSC Rokan, masih belum temukan solusi. Harapan dan kepentingan kami, reputasi juga, untuk menjaga produksi Rokan. Kami ada kepentingan juga dengan pemerintah dan Pertamina,” kata Albert.

Produksi di Blok Rokan tahun ini berdasarkan Work Plan and Budget (WPNB) yang telah disepakati dengan SKK Migas ditargetkan hanya berkisar 161 ribu bph. Ini terjadi karena penurunan produksi secara alami yang cukup besar. Pada tahun lalu saja produksi minyak siap jual atau lifting dari blok Rokan sebesar 190,13 ribu bph. Angka ini sebenarnya sudah turun dibandingkan tahun 2018 yakni sebesar 209,47 ribu bph.

Albert mengatakan untuk 2020 dalam rencana kerja Chevron di Blok Rokan tidak ada pengeboran. Itu artinya penurunan produksi bukanlah perkiraaan jika memang tidak ada aktivitas pengeboran sama sekali di sana. “Kami tidak bor (tahun 2020), waktu pengembalian investasinya tdak cukup,” kata Albert.(RI)