JAKARTA – Tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) batal ikut Serta membiayai akuisisi saham PT Freeport Indonesia oleh PT Indonesia Asahan  Aluminium (Inalum).

Rendi A Witular, Head of Corporate Communication Inalum, mengatakan setelah melalui kajian lanjutan, keikutsertaan perbankan nasional ternyata harus dievaluasi. Faktor gejolak kurs rupiah menjadi alasan utama Inalum lebih memilih pendanaan seluruhnya dari perbankan asing. Apalagi jumlah dana uang dibutuhkan untuk divestasi mencapai US$ 3,85 miliar.

“Iya bank asing semua. Kalau dari dalam negeri takutnya nanti akan mempengaruhi flutuasi nilai rupiah,” ujar Rendi kepada Dunia Energi, Jumat (20/7).

Tiga bank negara dari 11 perbankan yang semula direncanakan menyokong divestasi adalah Bank Mandiri, BNI serta BRI. Dengan adanya perubahan rencana ini, maka jumlah perbankan yang akan membantu memberikan pinjaman kepada Inalum untuk divestasi bisa kembali berubah.

Transaksi akuisisi dipastikan akan menggunakan dollar Amerika Serikat. Jika bank nasional bertransaksi dalam jumlah besar maka nilai tukar rupiah berpotensi besar tertekan.

Apabila bank asing yang mendanai maka tidak akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. “Kalau semua asing kan transaksinya dalam dollar dan pendapatan tahunan Inalum dan Freeport itu juga dalam bentuk dollar, dan transasksinya dilakukan di luar negeri semua” ungkap dia.

Pemerintah termasuk Presiden Joko Widodo pun menargetkan penyelesaian transaksi dan seluruh negosiasi bisa rampung pada 31 Juli 2018 mendatang bertepatan dengan batas akhir status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sementara yang diberikan Kementerian ESDM, sebagai syarat bagi Freeport untuk melakukan ekspor konsentrat.

Namun menurut Rendi pembahasan tidak akan berlangsung dengan mudah karena itu dibutuhkan waktu. Perusahaan memang menargetkan bisa selesaikan transaksi secepatnya akan tetapi tahun ini yang terpenting negosiasi bisa rampung.

“Kami maunya secepatnya, Kami diberi waktu hingga akhir tahun. Press statemenya demikian bunyinya,” tandas Rendi.

Divestasi sendiri dilakukan Inalum dengan mengakuisisi hak partisipasi Rio Tinto yang dimiliki sejak 1996 yang akan dikonversi menjadi saham sebesar 40%. Selain milik Rio Tinto, Inalum juga mengakuisisi saham Freeport yang dimiliki PT Indocopper Investama sebesar 9,36%.(RI)