JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membela PT Pertamina (Persero) yang menderita kerugian pada paruh pertama 2020.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengatakan  Pertamina bukanlah satu-satunya perusahaan yang merugi dalam enam bulan pertama tahun ini. Dampak penurunan harga minyak dunia dan pandemi Covid-19 begitu terasa bagi perusahaan migas.

“Secara general kami bisa memaklumi. Ya karena semua perusahaan memang terdampak,” kata Arifin disela rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (26/8).

Pertamina membukukan rugi bersih sebesar US$767,92 juta sepanjang semester I 2020. Realisasi tersebut turun drastis dibanding periode yang sama 2019 yang meraih laba bersih US$ 659,96 juta.

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan Pertamina  sebenarnya sudah biasa tertekan oleh volatilitas kurs dan harga minyak mentah dunia yang tidak terjadi dalam waktu bersamaan. Hanya saja untuk kali ini tekanan hebat berasal dari pandemi Covid-19 yang membuat bisnis hilir Pertamina lesu. Padahal penjualan bahan bakar adalah sumber pendapatan utama perusahaan. Di sisi lain bisnis hulu sebagai kontributor laba bersih juga sedang terpukul.

“Ini beda sekali dengan krisis sebelumnya. Biasanya kalau terdampak itu volatilitas kurs dan crude price. Kalau sekarang demand turun signifkan dan berdampak pada revenue kami. Bahkan kondisi sekarang ini lebih berat dari krisis finansial,” kata Emma.

Namun demikian manajemen memperkirakan ada perbaikan kondisi makro ekonomi dunia yang juga bisa berpengaruh terhadap perusahaan. Salah satunya adalah harga minyak mentah dunia yang telah merangkak naik menjadi sinyal positif bagi kinerja Pertamina hingga akhir tahun nanti.

“Di Juli-Agustus ada perbaikan. Mudah-mudahan di Desember bisa positif meskipun tipis tapi sudah keliatan,” kata Emma.(RI)