JAKARTA – PT PLN (Persero) memastikan kesiapan pasokan listrik bagi industri smelter di Sulawesi terpenuhi dan andal. Ini terlihat pada sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah memiliki cadangan daya sebesar 664 Mega Watt (MW). Smelter merupakan salah satu industri yang tengah berkembang pesat mengingat kandungan nikel cukup berlimpah di Sulawesi.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengatakan PLN akan melayani kebutuhan investasi melalui infrastruktur ketenagalistrikan bagi industri smelter serta mendukung tumbuhnya industri baterai.

“Nikel akan menjadi bahan baku untuk industri baterai. Hal tersebut merupakan tantangan bagi PLN dalam memasok kebutuhan listriknya secara cukup dan andal,” kata Zulkifli, saat melakukan kunjungan di PLTU Nii Tanasa, Sulawesi Tenggara, Selasa (20/4).

Di Bantaeng, Sulawesi Selatan, PLN baru saja meningkatkan kapasitas daya terhadap jaringan transmisi yang memasok PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNI). PT HNI merupakan perusahaan yang berfokus pada industri pengolahan dan pemurnian mineral nikel.

PT HNI telah dipasok daya eksisting sebesar 40 Mega Volt Ampere (MVA). Seiring dengan pertumbuhan usahanya saat ini, PLN akan memenuhi kebutuhan tambahan PT HNI kurang lebih 170 MVA. Sebesar 80 MVA sudah siap disalurkan pada bulan Mei 2021 dan 90 MVA pada bulan Juli 2021.

Sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan juga banyak dipasok oleh pembangkit Energi Baru Terbarukan, yakni PLTA Poso 315 MW, PLTA Bakaru 126 MW, PLT Bayu Sidrap 60 MW, PLT Bayu Tolo 70 MW. Adapun bauran energi baru terbarukan di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 29,8 persen dengan total kapasitas sebesar 861,42 MW. Dalam waktu dekat, PLTA Malea ditargetkan juga akan beroperasi sehingga menambah bauran EBT pada sistem kelistrikan Sulbagsel.

PLN juga melakukan peningkatan kapasitas jaringan Transmisi yang terbentang dari Punagaya di Jeneponto sampai dengan wilayah Bantaeng smelter sepanjang 68 kilo meter sirkuit (kms).

Sementara itu di Kolaka, Sulawesi Tenggara, PLN telah mengoperasikan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 150 kilo Volt (kV) Incomer Kolaka Smelter dan Gardu Induk (GI) 150 kV Kolaka Smelter.

“Kami telah menyelesaikan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan ini. Pemberian tegangan perdana (energize) telah berhasil dilaksanakan pada hari awal April lalu,” ujar Zulkifli.

PLN juga sedang membangun jaringan transmisi 150 kV sepanjang 167 kms yang terbentang di antara Kendari – Andolo – Tinanggea dan GI Tinanggea Switching. Selain untuk mendukung pemenuhan listrik untuk pelanggan umum, infrastruktur ini juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik Smelter PT BSI sebesar 100 MVA pada tahap 1 yang diperkirakan sudah dapat energize pada bulan Oktober 2021.

Djen Rizal, Deputi Direktur PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), menyampaikan bahwa perusahaannya telah melaksanakan penandatangan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) pada tahun 2018 dan berkomitmen untuk membangun pabrik smelter di Kolaka.

Rencananya, pabrik smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL) ditargetkan rampung pada 2024.

“PLN dengan cepat telah membangun infrastruktur kelistrikan untuk menunjang kebutuhan listrik smelter RKEF dan HPAL Ceria. Kami pun berkomitmen untuk mempercepat pembangunan smelter, agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi nasional,” kata Djen Rizal.(RA)