JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel dalam matte, meningkatkan belanja modal (capital expenditure) pada 2019 sebesar 98,7%.

“Capex berada dikisaran US$165 juta, naik dibanding tahun lalu US$83 juta,” kata Bernardus Irmanto, Direktur Keuangan Vale Indonesia di Jakarta, Selasa (2/4).

Bernadus mengatakan kebutuhan investasi Vale tahun ini terbilang besar. Ini disebabkan oleh dimulainya rencana pembangunan dua smelter di dua wilayah tambang Vale di Pomalaa dan Bahadopi.

Atas kebutuhan dana yang besar ini, manajemen pun memutuskan tidak akan membagikan dividen kepada para pemegang saham dan akan dialihkan untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan.

“Sudah disampaikan kami tidak akan bagikan dividen. Pertimbangan utama  kondisi kas kami cadangkan di 2019 kebutuhan capital yang besar dibanding 2018,” katanya.

Vale juga mengharapkan proses partnership  secepatnya bisa rampung dan harus mencadangkan biaya untuk kemudian bisa mendanai proyek pengembangan. Dengan alasan tersebut dengan memperhatikan kondisi kas saat ini Vale memutuskan untuk tidak membagikan dividen.

Febriany Eddy, Wakil Direktur Utama Vale Indonesia,  mengatakan capex yang disiapkan Vale sebenarnya tidak bisa menutupi seluruh kebutuhan pembangunan smelter, tapi hanya modal awal untuk disetorkan saat kesepakatan dengan para partner nanti tercapai. Ketika kesepakatan telah tercapai maka Vale bersama dengan partner akan menjajaki berbagai sumber pendanaan baru selain kas internal.

“Kalau ini di approve,  kan ini green field pasti besar nanti. Jadi kombinasi financing dan equity. Tapi tergantung negosiasi, mayoritas saham dan lain-lain,” kata Febriany.

Di sisi produksi, menurut Febriany tidak akan mengalami perubahan signifikan dari realisasi sepanjang 2018. Hal itu disebabkan adanya beberapa perawatan beberapa fasilitas penunjang produksi.

“Kami konservatif, secara kisaran sama, sekitar 74 ribu ton. Dengan harapan setelah masa stabil ini semua peralatan instrumen bisa berjalan dengan baik,” kata Febriany.(RI)