SINGAPURA– Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia pada Senn (24/4) didorong penurunan aktivitas pengeboran Amerika Serikat (AS) dan pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Di sisi lain, minyak Brent mengalami kenaikan harga tertinggi sejak November 2018.

Harga Brent telah meningkat lebih dari sepertiga tahun ini, sementara WTI telah naik lebih dari 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kantor berita Reuters mengabarkan, minyak mentah berjangka Brent berada di level tertinggi November 2018 di US$72,58 per barel pada pukul 00.28 GMT (07.28 WIB), naik 0,8% dari tingkat penutupan terakhir mereka. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$64,55 per barel, naik 0,9% dari tingkat penyelesaian sebelumnya.

“Jalur resistensi setidaknya rendah tetap lebih tinggi (untuk harga minyak),” kata Kepala Perdagangan SPI Asset Management, Stephen Innes. Ia menunjuk pada pengurangan pasokan Saudi, penurunan jumlah rig AS, dan gangguan pasokan mulai dari Libya hingga Venezuela sebagai alasan untuk pasar yang ketat.

Perusahaan-perusahaan energi AS pekan lalu mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi sebanyak dua rig menjadi 825 rig, kata perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Kamis (18/4).

Di luar AS, OPEC telah memimpin pengurangan pasokan sejak awal tahun ini, yang bertujuan memperketat pasar minyak global dan untuk menopang harga minyak mentah. (RA)