JAKARTA – Potensi cadangan migas di Wilayah Kerja (WK) migas yang dilelang pada tahap II tahun ini dinilai masih besar. Potensi cadangan awal diperkirakan mencapai 345 juta barel ekuivalen diantaranya berasal dari tiga WK migas eksplorasi, yakni WK Banyumas. Andika Bumi Kita dan Southeast Mahakam.

“WK Migas Banyumas 45 juta barel ekuivalen, Andika Bumi Kita 250 juta barel ekuivalen dan Southeast Mahakam 50 juta barel ekuivalen,” kata Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (13/8).

Selanjutnya untuk potensi cadangan minyak dari tiga WK produksi juga masih tersisa dan masih ada cadangan lainnya yang berpotensi bisa dieksploitasi.

Menurut Djoko, untuk Makassar Strait untuk di lapangan Weseno saja status per 1 Januari 2017 cadangan minyaknya sebesar 6,05 juta barel dengan perincian untuk cadangan 1P sebesar 1,8 juta barel, 2P sebesar 2,15 juta barel dan 3P sebesar 4,1 juta barel.

Untuk gasnya 1P 288 BCSF, 2P sebesar 371 BSCF dan 3P sebesar 450,8 BSCF. “Untuk di lapangan Mahakam totalnya 209,7 juta barel ekuivalen,” ungkap Djoko.

Potensi cadangan di South Jambi B untuk minyak kondensat terbilang sedikit hanya 0,6 juta barel std. South Jambi B merupakan WK migas dengan cadangan gas lebih besar. Potensi cadangan gas 1P sebesar 217,2 BSCF, 2P sebesar 439,3 BSCF serta 823,2 BSCF.

Djoko menuturkan produksi di South Jambi Block B berhenti sejak dua tahun lalu karena harga minyak yang anjlok, sehingga dengan produksi yang kecil menjadi tidak ekonomis. ConocoPhilips sebagai operator menyatakan tidak lagi berminat lantaran ingin fokus terhadap blok lain yang produksi besar. Di sini puncak tertinggi produksi terjadi pada tahun 2004-2010 dengan rata-rata produksi mencapai 20 MMSCFD.

Seiring harga minyak yang sudah tinggi, South Jambi Block B menjadi lebih atraktif. “Sekarang harga minyak sudah naik jadi banyak yang minat,” tukas Djoko.

Untuk Selat Panjang cadangan diketahui untuk migas sebesar 1,8 miliar barel ekuivalen. Selat Panjang merupakan blok berproduksi, namun terbilang kecil. Terakhir 21 Februari 2018 produksi dihasilkan hanya 1 barel, karena itu pemerintah memutuskan untuk menterminasi kontraknya. Selat Panjang kontraknya diterminasi karena Petro Selat Ltd sebagai kontraktor mengalami kebangkrutan atau pailit.

Menurut Djoko, potensi minyak di Selat Panjang masih ada apabila perusahaan nanti melakukan kegiatan dari 82 sumur produksi yang sudah ada.

“Perkiraan kami bisa mencapai diatas 4 ribuan barel per hari kalau di ada kegiatan lagi di 82 sumur, baik itu well service atau workover,” tandas Djoko.(RI)