CHICAGO – Harga emas melonjak dan menembus level psikologis US$2.000 per ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (5/8) pagi WIB. Hal ini karena lingkungan suku bunga yang sangat rendah dan harapan lebih banyak stimulus AS untuk melindungi ekonomi yang terpukul virus corona meningkatkan daya tarik safe-haven emas.

Reuters melaporkan kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, melonjak US$34,7 atau 1,75%, menjadi ditutup pada US$2.021 per ounce. Emas berjangka naik tipis US$0,4 atau 0,02% menjadi US$1.986,3 per ounce sehari sebelumnya (3/8).

Harga emas berjangka menguat US$19,1 atau 0,97% menjadi US$1.985,90 pada akhir pekan lalu (31/7), setelah merosot US$11,1 atau 0,57% menjadi US$1.942,30 pada Kamis (30/7) dan naik US$8,8 atau 0,45$ menjadi US$1.953,40 pada Rabu (29/7).

“Pembelian safe-haven telah mendorong harga emas menembus 2.000 dolar AS untuk pertama kalinya ketika dolar AS menguji posisi terendah yang terakhir terlihat lebih dari dua tahun lalu, suku bunga riil negatif turun ke level yang terakhir terlihat pada 2013 dan harapan untuk paket stimulus lebih lanjut terus menguat,” kata analis Standard Chartered, Suki Cooper, dikutip dari Reuters.

“Mengingat seberapa cepat harga telah reli, risiko kemunduran sementara telah meningkat,” kata Cooper, menambahkan keseimbangan risiko masih tetap cenderung ke sisi kenaikan mengingat latar belakang makro tetap “sangat menguntungkan.”

Pembicaraan antara Gedung Putih dan para pemimpin Demokrat di Kongres AS akhirnya bergerak ke “arah yang benar” ketika mereka mencoba mencapai kesepakatan mengenai RUU bantuan besar virus corona, kata seorang Demokrat terkemuka di Senat AS.

Konfirmasi bahwa telah ada perkembangan dalam negosiasi dengan Partai Republik mengenai dukungan COVID-19, yang baru telah mendorong emas kembali ke level tertinggi baru-baru ini, kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam mulia dan logam dasar di BMO.

Emas terus memperbarui rekor tertingginya lalu karena pandemi virus corona mendorong serangkaian stimulus yang belum pernah digelontorkan sebelumnya untuk menopang ekonomi. Di antara stimulus tersebut termasuk penurunan suku bunga, yang merupakan keuntungan bagi emas.

Selain itu, mendidihnya ketegangan geopolitik, termasuk ledakan besar di pelabuhan utama Lebanon pada hari Selasa, juga meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven ini.
“Orang-orang menginginkan keselamatan, dan keselamatan saat ini adalah emas karena obligasi pemerintah tidak menghasilkan,” ujar analis pasar senior RJO Futures, Bob Haberkorn, seperti dikutip Bloomberg. (RA)