JAKARTA – Potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dinilai belum dimonetisasi dengan maksimal. Padahal Indonesia memiliki paket lengkap jika dilihat dari sisi sumber daya energi yang dimiliki. Salah satu langkah yang bisa menjadi pilihan untuk bisa meningkatkan pertumbuhan atau porsi pembangkit listrik EBT dalam memenuhi kebutuhan energi tanah air adalah dengan menggenjot pembangunan pembangkit listrik mini atau berkapasitas kecil di berbagai wilayah.

Rasmus Albildgaard Kristensen, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, mengungkapkan karakteristik wilayah Denmark dan Indonesia berbeda, namun metode pengembangan EBT masih bisa dilakuan dengan cara yang sama. Pasalnya sumber daya energi juga sama-sama tersebar.

Masyarakat Indonesia juga tinggal tersebar, sehingga potensi EBT yang bisa dikembangkan bisa dilihat dari sebaran populasi masyarakat.

“Mini power plant bisa jadi solusi, karena yang terpenting bisa menjangkau ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Kristensen saat diskusi mengembangkan potensi EBT melalui pengalaman transisi Denmark, di The Danish Residence Jakarta, Jumat (23/3).

Denmark saat ini menjadi salah satu negara di dunia yang paling maju dalam pengembangan EBT karena sudah memasuki fase keempat dari revolusi generasi energi dengan porsi EBT dalam energi mix sudah lebih dari 50% dengan memanfaatkan sumber daya solar atau tenaga matahari dan tenaga angin.

Menurut Kristensen, dalam pengembangan pembangkit listrik, terutama EBT Indonesia jangan sampai hanya membangun di suatu wilayah tertentu. Namun, harus ada sebaran atau desentralisasi pembangunan pembangkit listrik.

Selain itu juga, Indonesia jangan sampai terjebak dalam pandangan harus mempunyai pembangkit-pembangkit listrik dengan kapasitas raksasa.

“Desentraslisasi juga cukup penting, jangan hanya mengandalkan pembangkit unit kapasitas besar,” tukasnya.

Revolusi dalam power mix Denmark m
cukup cepat. Jika pada 1995 porsi penggunaan fossil fuel 95%, tenaga angin dan biomassa hanya 3% dan 2%. Pada 2014 penggunaan bahan bakar fossil tercatat hanya 44%, tenaga angin 41% Biomassa 10%, tenaga matahari atau solar pv 2% serta EBT lainnya 3%.

Kristensen mengatakan masifnya pertumbuhan EBT di Denmark akibat program pemerintah yang mendorong pembangunan pembangkit listrik berkapasitas kecil.

“Di Denmark kontribusi terbesar, Anda bisa lihat banyak pembangkit listrik EBT dengan kapasitas kecil dibangun,” tandas dia.(RI)