NUSA DUA – Kelebihan pasokan gas di wilayah Sumatera bagian utara diperkirakan akan segera terjadi dengan banyaknya temuan cadangan gas. Untuk itu harus diantisipasi segera agar cadangan tersebut bisa diproduksikan.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan infrastruktur jadi salah satu poin utama yang harus dipersiapkan agar potensi yang ada bisa segera dimonetisasi. Salah satu skema yang didorong adalah dengan menyiapkan infrastruktur mengisi kekosongan pasokan gas yang kerap terjadi di Jawa bagian barat.

“Memang kita harus pikirkan utara potensinya banyak sehingga utara sumatera over supply. Sumatera bagian selatan terintegrasi dengan Jawa bagian barat,” kata Dwi saat ditemui di Nusa Dua, Bali akhir pekan lalu.

Selama ini industri di Jawa bagian barat memang mengaku mengalami kekurangan pasokan gas. “Itu defisit (pasokan gas) sementara ini masuk LNG dari Nusantara Regas. Karena itu kebutuhan bangun pipa dari Dumai – Sei Mangkei perlu supaya kalau potensi kelebihan, kalau nggak ada pipa nggak bisa produksi,” jelas Dwi.

Angin segar dalam industri hulu migas nasional kembali berhembus dengan adanya temuan potensi cadangan migas yang diyakini besar di blok Andaman di wilayah Aceh.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim bahwa Indonesia memiliki potensi temuan minyak dan gas bumi (migas) yang cukup besar bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu yang terbesar di dunia yakni di laut Aceh khususnya Blok Andaman II dan Blok Andaman III.

Premiere Oil dan Repsol jadi dua kontraktor yang mengelola dua blok di wilayah Andaman itu. Premier Oil selaku operator Blok Andaman II yang terletak 150 km lepas pantai Aceh temukan cadangan migas.

Wilayah Kerja Andaman sendiri terdiri dari tiga Blok, yaitu Andaman I yang dikelola Mubadala Petroleum RSC Ltd dengan hak partisipasi 80% sementara Premier Oil 20%.

Andaman II oleh Premier Oil dengan participating interest sebesar 40% sekaligus menjadi operator, BP 30 persen dan Mubadala Petroleum 30%. Berikutnya Andaman III oleh Repsol Andaman BV dengan partner perusahaan asal Malaysia yakni Petronas.

SKK Migas melaporkan kegiatan pengeboran di Blok Andaman I,II, dan III belakangan makin intensif dilakukan menyusul temuan sumber daya gas yang rata-rata mencapai 6 triliun kaki kubik atau trilliun cubic feet (TCF).

Selain dari Sumatera bagian utara, kesiapan infrastruktur juga dibutuhkan untuk antisipasi tambahan pasokan gas dari Jawa bagian timur yang akan dapat tambahan dari Pertamina EP Cepu,Husky-CNOOC Madura Ltd (HCML) serta Petronas.

“Di sana potensinya over supply. Sehingga dari dua arah ini bisa membantu industri Jawa Barat. Pipa dari Cisem itu proyek sampai Batang sudah jalan, Batang Sampai Cirebon ini sangat penting,” tegas Dwi. (RI)