JAKARTA – Peta jalan energi nuklir telah disetujui Presiden Joko Widodo dalam rapat paripurna ke tiga Dewan Energi Nasional (DEN). Sesuai rapat paripurna tersebut seharusnya Indonesia sudah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Energi fosil, seperti batu bara yang akan habis membuat nuklir menjadi pilihan energi di masa depan.

“Seharusnya kita sudah membangun PLTN, karena membutuhkan waktu lama 7-10 tahun. Bahkan di India pembangunan PLTN sampai 16 tahun,” kata Abadi Purnomo, Anggota DEN di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Abadi, saat ini DEN tengah menyusun peta jalan (roadmap) energi nuklir.  Roadmap pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir telah ditetapkan dalam Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) hingga 2050.

Masyarakat juga tidak perlu khawatir terkait keberadaan energi nuklir di Indonesia. Teknologi energi nuklir telah dapat dipertanggungjawabkan kendati untuk membangun pembangkit listriknya membutuhkan biaya besar.

“Saya sempat mengunjungi PLTN Fukushima di Jepang, teknologi sudah canggih dan aman. Meski demikian, PLTN membutuhkan biaya besar sekitar US$7 juta per megawatt (MW),” kata Abadi.

Dia menambahkan, PLTN mampu menghasilkan kapasitas sebesar 1.000-2.000 MW. Pembangunan PLTN tersebut tak lain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang diperkirakan akan terus meningkat secara pesat.

“Tidak perlu menunggu energi fosil habis dulu baru membangun PLTN. Lebih baik disiapkan sedini mungkin,” kata Abadi.(RA)