JAKARTA– PT Pertamina EP (PEP) tercatat sebagai anak usaha yang membukukan aset terbesar sepanjang 2020, yaitu US$7,69 miliar atau sekitar Rp110,74 triliun, tertinggi dibandingkan delapan anak usaha Subholding Upstream (SHU) Pertamina lainnya. Namun, PT Pertamina EP Cepu (PEPC), yang kini bersalin rupa menjadi Regional 4 SHU Pertamina, masih yang paling moncer kontribusinya dari sisi net profit bagi kelompok usaha hulu Pertamina.

Hal ini dibuktikan dalam dua tahun berturut, PEPC berada di posisi pertama raihan laba bersih pada 2019 dan 2020. Berdasarkan laporan keuangan PT Pertamina (Persero) 2020 (publikasi), PEPC kini menjadi mencatatkan laba bersih US$ 526,07 juta atau sebesar Rp7,57 triliun, turun dari US$849,09 juta (year-on-year).

PT Pertamina Hulu Energi berada di posisi ke kedua, yaitu US$223,96 juta atau Rp3,2 triliun. Capaian laba bersi ini bebas dibandingkan laba bersih 2019 yang tercatat US$589,83 juta. Sedangkan laba PEP tergerus tajam dari US$653,63 juta atau Rp9,4 triliun pada 2019 menjadi US$202,55 juta atau menjadi Rp2,9 triliun pada 2020.

Posisi keempat laba bersih dicatatkan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), yang kini berubah jadi Regional 3 SHU Pertamina. PHI juga mencatatkan penurunan laba bersih menjadi US$134,93 juta dari tahun sebelumnya US$504,98 juta.

Bottom line positif juga dicatatkan oleh anak usaha SHU Pertamina lainnya, yaitu PT Elnusa Tbk (ELSA). Perusahaan jasa energi terintegrasi ini meraup laba sebesar US$17,09 juta pada 2020, turun dari US$25,20 juta (year-on-year). Penurunan juga terjadi pada PT Pertamina Drilling Services Indonesia. Anak usaha SHU Pertamina di sektor services ini net profit-nya melorot tajam menjadi US$6,43 juta dari 2019 yang tercatat US$18,94 juta.

Sementara itu, tiga perusahaan tercatat masih rugi, yaitu PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP). Anak usaha SHU Pertamina yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di luar negeri ini mencatatkan rugi cukup besar, yaitu US$743,14 juta pada 2020. Padahal pada 2019, perusahaan yang kini bersalin rupa menjadi Regional 5 SHU Pertamina itu mencatatkan laba bersih US$105,91 juta.

Kerugian juga dialami oleh PT Pertamina EP Cepu Alas Dara & Kemungin. Namun, PEPC ADK bisa menekan kerugian dari US$9,54 juta menjadi US$7,39 juta pada 2020.

Net loss juga dialami PT Pertamina Hulu Rokan. Anak usaha SHU Pertamina yang juga mengkaver Regional 1 Sumatera ini mencatatkan rugi US$15,9 juta pada 2020. Ini dapat dimaklumi karena perusahaan belum beroperasi dan baru menjalankan bisnis pada 9 Agustus 2021 seiring dimulailnya alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PHR.

Dengan demikian, total nilai anak usaha SHU Pertamina yang meraih untung konsolidasi sebesar US$1.111, 03 juta. Sedangkan tiga perusahaan yang merugi total nilai konsolidasi US$766,43 juta.

Penurunan harga minyak, pandemi COVID-19, dan turunnya permintaan sejak akhir kuartal I 2020 hingga saat ini menjadi faktor dominan penurunan kinerja finansial anak-anak SHU Pertamina. Hal serupa dialami oleh perusahaan migas lainnya di dunia. (DR)