JAKARTA – Produsen batu bara yang tergabung dalam Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengklaim sudah menerapkan konsep hilirisasi. Namun hilirisasi yang dilakukan baru sebatas pada pembangunan Pembangkit Listrik (PLTU) Mulut Tambang.

“Hilirisasi bukan hal yang baru. Kami semua melakukan itu, tapi memang saat ini banyak perusahaan yang melakukan hilirisasi berupa coal to electricity. Sebab, ini yang paling efisien dan kami melihat pasar,” ujar Pandu P Sjahrir, Ketua Umum APBI di Jakarta, Selasa (18/12).

Pandu menekankan hilirisasi sangat erat kaitannya dengan investasi. Saat ini yang menjadi isu krusial bagi perusahaan batu bara adalah kepastian investasi. Adanya perubahan regulasi cenderung akan membuat para pengusaha menahan investasi.

“Sekarang ini banyak yang akhirnya menahan investasi. Kenapa? Kami masih melihat seperti apa sih kebijakan pemerintah. Jangan sampai ada perubahan yang malah menggangu investasi,” ungkap Pandu.

Menurut Pandu, untuk Domestic Market Obligation (DMO), akan lebih baik jika pemerintah bisa menjaga pasar. Tidak hanya stabilitas demand saja, tetapi juga harga.

“Pasarnya bagaimana? Bagaimana perubahan harga dan kebijakan? Kalau pasar ini ada, tentu kami selaku pebisnis akan mengikuti kemana pasar itu tumbuh,” tandas Pandu.(RA)