JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten pertambangan batu bara,  mencatatkan pendapatan sepanjang sembilan bulan tahun ini sebesar Rp12,8 triliun atau turun sebesar 20,9% dibandingkan realisasi pendapatan pada september tahun lalu yakni sebesar Rp16,2 triliun. Untuk beban pokok pendapatan tercatat sebesar Rp9,3 triliun atau turun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni Rp10,5 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan, untuk realisasi laba bruto hingga September lalu tercatat Rp3,5 triliun menurun 38,5% dibandingkan dengan realisasi laba bruto periode yang sama di tahun lalu yakni Rp5,7 triliun.

Dengan raihan pendatan yang ada hingga September lalu, PTBA memang masih membukukan kinerja positif atau laba bersih. Namun laba bersih hingga kuartal III tahun ini mengalami penurunan 45% menjadi sebesar Rp1,7 triliun anjlok dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang mampu mencapai Rp3,1 triliun.

Dari sisi aset per September 2020 tercatat masih kuat berada di angka Rp24,5 triliun, dengan komposisi kas dan setara kas termasuk deposito berjangka (lebih dari 3 bulan) sebesar Rp6,1 triliun atau 25% dari total aset.

Arviyan Arifin Direktur Utama PTBA mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini memang masih negatif. Ia berharap kondisi ini bisa membaik pada kuartal IV.

Menurutnya dampak pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada makro ekonomi akan tetapi juga sektor rill seperti PTBA. “Alhamdulillah di tengah pandemi yang menganggu bisnis kita, kita masih bisa bukukan keuntungan Rp1,7 triliun di september 2020. Ini harus kita syukuri karena tidak banyak BUMN atau swasta yang bisa survive dan malah untung dan kita bisa untung di september ini,” kata Arviyan disela konferensi pers virtual, Jumat (6/11).

Capaian laba pada periode ini kata Arviyan ditopang dari kinerja produksi PTBA yang masih positif. Dari sisi produksi selama triwulan III 19,4 juta ton angkutan 17 juta ton dan penjualan 18 juta ton. Jika dibandingkan dengan tahun lalu menurut Arviyan memang terjadi koreksi atau penurunan produksi sekitar 10% namun demikian realisasi hingga kuartal III ini sudah sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) perubahan yang disampaikan ke Kementerian ESDM.

Arvian menjelaskan produksi PTBA menurun sejalan dengan rendahnya permintaan PT PLN (Persero). Dia membeberkan permintaan PLN anjlok hingga 50%.

“Sejalan dengan RKAP yang disetujui Kementerian ESDM saat kita ajukan perubahan produksi dan lemahanya permintaan batu bara saat Triwulan I dan Triwulan II sebab banyak negara lockdown sehingga kita tidak punya kemampuan jual batu bara tersebut dan adanya penurunan permintaan batu bara oleh PLN karena demand listrik turun,” jelas Arviyan.

Masih terjaganya kinerja operasional perusahaan hingga kuartal III-2020 tak lain merupakan hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun ini

Efisiensi kata Arviyan merupakan salah satu strategi PTBA untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara.

“Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA adalah dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi design tambang,” kata Arviyan. (RA)