Lapangan Sukowati ikut berperan mendorong peningkatan produksi Pertamina EP pada 2018.(Foto/Dunia-Energi/Tatan Agus RST)

PT Pertamina EP, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas, tercatat memiliki peran penting dalam pencapaian produksi migas baik untuk korporasi PT Pertamina (Persero) maupun untuk konteks nasional. Peningkatan produksi migas Pertamina (Persero) pada 2018 sekitar 42 %di antaranya merupakan kontribusi Pertamina EP yang mencatatkan kinerja positif pada periode yang sama.

Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak nasional pada 2018 mengalami penurunan sekitar 3,42 % dari tahun sebelumnya. Realisasi produksi minyak nasional turun dari 803.810 barel per hari pada 2017 menjadi 777.235 barel per hari pada 2018. Sementara, produksi minyak Pertamina EP pada periode yang sama tercatat meningkat sekitar 3 %, dari 77.254 barel per hari pada 2017 menjadi 79.380 barel per hari pada 2018.

Untuk gas, peningkatan produksi gas nasional sebesar 1,06 % pada 2018 diantaranya juga merupakan kontribusi dari Pertamina EP. Realisasi produksi gas nasional pada 2018 tercatat sekitar 1.139 BOEPD, meningkat sekitar 1,06 % dari realisasi 2017 yang tercatat sekitar 1.127 BOEPD pada 2017. Pada periode yang sama produksi gas Pertamina EP tercatat meningkat sekitar 2,11 %, dari sebesar 142 ribu BOEPD pada 2017 menjadi 145 ribu BOPD pada 2018.

Nilai Strategis

Komaidi Notonegoro

Selain memberikan kontribusi positif melalui peningkatan produksi, sebaran wilayah kerja Pertamina EP memiliki nilai strategis tersendiri. Untuk konteks Indonesia, Pertamina EP dapat dikatakan merupakan satu-satunya KKKS yang memiliki sebaran wilayah kerja yang meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, jangkauan Pertamina EP dalam memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat misalnya melalui program tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), dapat dikatakan yang paling luas dibandingkan KKKS yang lainnya.

Berdasarkan data, luas wilayah kerja Pertamina EP saat ini sekitar 113.629,82 km2 yang tersebar dari wilayah Indonesia bagian barat sampai dengan Indonesia bagian timur. Dalam melakukan pengelolaan, perusahaan tercatat membagi wilayah kerja tersebut menjadi lima (5) asset. Pembagiannya meliputi Asset 1 (Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, Ramba), Asset 2 (Adera, Limau, Pendopo, Prabumulih), Asset 3 (Tambun, Subang, Jatibarang), Ssset 4 (Cepu, Sukowati, Poleng, Matindok, dan Papua), dan Asset 5 (Bunyu, Tarakan, Sangatta, Sangasanga, dan Tanjung).

Dalam mengelola wilayah kerja tersebut Pertamina EP terpantau menerapkan pola pengoperasian sendiri (own operation) dan beberapa kerjasama kemitraan. Pertamina EP juga tercatat melakukan empat (4) proyek pengembangan migas yang meluputi proyek Pakugajah di Sumatera Selatan, proyek pengembangan Gas Jawa, proyek pengembangan Gas Matindok di Sulawesi Tengah, dan proyek pengembangan Gas Pondok Makmur. Selain itu, Pertamina EP juga tercatat melakukan kerjasama pengembangan tujuh area unitisasi dan 52 kerjama kemitraan. Kerjasama kemitraan yang dilakukan perusahaan tercatat terdistribusi atas 27 kontrak Technical Assistant Contract (TAC) dan 25 kontrak Kerja Sama Operasi (KSO).

Tren positif kinerja Pertamina EP selama kurun 2017-2018, kemungkinan masih akan terus berlanjut pada 2019 ini. Indikasi dari tren positif kinerja Pertamina EP tercermin dari work program and budget (WP&B) 2019 yang telah disampaikan kepada SKK Migas.

Dalam WP&B 2019, Pertamina EP menargetkan produksi minyak sebesar 85.000 barel per hari, meningkat sebesar 7 % dibandingkan realisasi 2018. Sementara untuk gas, perusahaan menargetkan produksi gas pada 2019 sama dengan 2018 yaitu sebesar 145 ribu BOEPD.

Jika mencermati kecenderungan harga minyak dan gas yang membaik, tren positif perolehan laba Pertamina EP selama 2017-2018 kemungkinan juga masih akan terus berlanjut di 2019. Sebagaimana diketahui, laba yang dibukukan Pertamina EP tercatat meningkat dari US$615 juta pada 2017 menjadi US$753 juta pada 2018. Jika dikonversi dengan kurs saat tulisan ini dibuat, laba Pertamina EP tersebut tercatat meningkat dari Rp 8,71 triliun 2017 menjadi Rp 10,66 triliun. Dengan demikian laba yang mampu dibukan Pertamina EP pada 2018 meningkat sekitar Rp1,95 triliun dibandingkan laba yang dibukukan perusahaan pada 2017.

Meski berpotensi mencatatkan kinerja positif, kegiatan operasional Pertamina EP juga memiliki sejumlah catatan. Di antaranya adalah sebagian besar wilayah kerja yang dikelola oleh perusahaan merupakan lapangan-lapangan tua. Dalam hal ini Pertamina EP tidak hanya memiliki pekerjaan rumah bagaimana harus bekerja keras menahan laju penurunan kemampuan produksi dari lapangan-lapangan yang dikelolanya, tetapi juga harus melakukan kegiatan eksplorasi dan pengembangan yang masif untuk menemukan cadangan migas yang baru.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian perusahaan adalah dengan status sebagai pemegang wilayah kerja yang luas, ekspektasi para pihak –terutama pemerintah- terhadap Pertamina EP dalam menopang pencapaian target produksi migas nasional adalah cukup tinggi. (*)