Emas adalah investasi yang tidak pernah mengalami periode old fashion sepanjang periode. Hal ini berkaitan dengan sifat emas sebagai safe haven yang dapat menyelamatkan nilai investasi bahkan pada masa krisis mencapai titik paling rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan betapa powerful emas dalam menyimpan nilai harta saat pandemi COVID-19 ini.

Komoditas emas disebutkan memiliki korelasi negatif dengan portofolio investasi lain saat krisis ekonomi sehingga dianggap dapat melindungi nilai investor saat mengalami goncangan finansial dan menjadi trade off bagi penurunan nilai asset. Saat pasar saham ambruk, emas menjadi alternatif teraman bagi investor untuk dibeli.

Brian Lucey dan Sile Li (2019) dalam Resources Policy Journal, 2019, Vol 63 menyebutkan bahwa peranan emas sebagai safe haven dapat menyelamatkan banyak negara saat terjadi pergolakan pasar yang ekstrem saat krisis. Mereka berpendapat bahwa emas sebagai investasi yang memiliki korelasi mendekati nol terhadap asset investasi finansial lainnya. Pergerakan emas memiliki pola tersendiri yang bersifat unpredictable dan berbeda dengan sifat investasi pada umumnya. Hal ini terbukti bahwa saat pandemi COVID-19, emas malah mengalami masa kejayaan dengan peningkatan harga total hingga 26,48 persen selama 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor logam dasar mulia, termasuk emas di dalamnya, selalu mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Jika pada 2018 tercatat sebanyak 1.385,8 ton, pada 2019 naik mencapai 2.052,8 ton. Artinya, ada peningkatan ekspor lebih dari 48 persen. Nilai ekspor logam dasar mulia ini mencapai nilai sebesar US$4,6 miliar. Indonesia mengekspor logam dasar mulia ini paling banyak ke Jepang, yaitu sebesar 1,429,5 ton atau berkisar 69,6 persen.

PT Aneka Tambang Tbk  atau yang dikenal sebagai ANTAM mencatatkan total volume produksinya sebesar 1.672 kilogram dengan volume penjualan unaudited sebesar 21.797 kilogram pada 2020. Volume ini belum melampaui penjualan emas pada 2019 yang mencapai 34.016 kilogram. Walaupun demikian, ANTAM mengalami kinerja positif karena kenaikan harga emas dunia yang mencapai level tertinggi pada 2020. Hal ini mendorong ANTAM terus meningkatkan fokus penjualan berbasis pelanggan dengan memanfaatkan tren masyarakat domestik dalam berinvestasi emas.

Masih Menjadi Aset?

Palaniapan (2020) yang dikutip oleh The Economic Times menyebutkan bahwa emas masih akan terus dapat menjadi asset investasi andalan pada 2021. Walaupun ada kecenderungan penurunan harga selama akhir 2020 yang berlanjut pada awal 2021, emas masih memiliki harga yang cukup stabil dan berada pada level aman untuk menjadi alat investasi pilihan.

Kekuatan emas sebagai pilihan investasi pada 2021 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tingkat pengendalian COVID-19, hal ini dikaitkan dengan keberhasilan program vaksin COVID-19  di seluruh negara serta efektivitas vaksinnya. Kedua, adalah situasi perekonomian dunia yang sebagian besar mengalami konstraksi cukup dalam selama 2020. Kemampuan dunia untuk recovery sangat berpengaruh pada stabilitas harga emas.

Faktor ketiga adalah fluktuasi nilai tukar dollar AS yang sering membawa dampak kebijakan fiskal suatu negara dan melemahnya nilai dollar berdampak pada peningkatan harga emas. Keempat, adalah proses perjanjian dagang antara AS dan Tiongkok yang akan menentukan arah perekonomian global karena kedua negara ini merupakan dua kekuatan terbesar ekonomi dunia. Kelima, adalah kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan suku bunga dalam negeri sehingga dapat menjamin daya beli masyarakat dan stabilitas harga.

Faktor keenam adalah jumlah uang yang dicetak oleh Bank Sentral. Sedangkan terakhir yaitu faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh seperti banyaknya produksi emas serta seberapa besar emas sebagai asset tertahan, baik oleh pemerintah, perusahaan maupun masyarakat.

Potensi Rebound

Apakah emas akan mengalami rebound pada 2021? Suatu pertanyaan yang sulit diproyeksikan jawabannya terutama berkaitan dengan belum meredanya pandemi COVID-19. Munculnya mutasi virus yang ditemukan di Inggris serta belum dapat diketahui seberapa besar efektivitas pemberian vaksin COVID-19 masih memberi peluang emas akan mengalami price rebound pada 2021.

Faktor lain yang mendorong harga emas mungkin akan naik lagi selama 2021 adalah stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Apabila nilai tukar dapat mencapai level kurang dari Rp14.000 maka harga emas akan dapat berada di bawah Rp1 juta per gram. Sebaliknya, jika nilai tukar melemah, maka harga emas dipastikan akan melampaui harga saat ini.

Faktor harga emas di pasar global juga diproyeksikan akan menguat dengan didorong hasil kesepakatan Uni Eropa (UE) dan Inggris berkaitan dengan Brexit. Ini disebabkan oleh Inggris yang akan meninggalkan Brexit terhitung mulai 1 Januari 2021. Walau pun faktor ini masih dipertanyakan dampaknya dan belum terlalu memengaruhi harga emas secara signifikan karena masih berlanjutnya berbagai pembahasan klausul kesepakatan hubungan perdagangannya dengan UE.

Berdasarkan berbagai data serta kondisi tersebut di atas, maka emas masih memiliki prospek positif selama 2021. Perlu diperhatikan bahwa emas bukan merupakan investasi jangka pendek sehingga jika melakukan investasi emas harus memperhitungkan short run economy shock dan juga kelancaran cashflow asset yang sehat. Emas masih akan berkilau dalam jangka waktu panjang. Selamat berinvestasi.