Kalimantan Utara menjadi provinsi Indonesia ke-34. Meski demikian daerah ini menyimpan sejuta potensi yang siap menanti sentuhan investor. Beragam potensi mulai dari perkebunan, pertambangan, migas sampai kelautan dan perikanan.

Kalimantan Utara (Kaltara), dari sisi usia terbilang muda. Tetapi daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini menyimpan sejuta potensi. Kekayaan sumber daya alam menjadi daya tarik bagi investor. Tidak heran jika ada banyak penanam modal yang mulai berdatangan ke Bumi Banuanta ini.

Dengan potensi kekayaan yang banyak, provinsi ke-34 ini digadang-gadang sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia. Posisi geografis yang strategis dan sumber daya alam yang melimpah bahkan membuat Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut Kaltara sebagai The New Star Indonesia, bintang baru bagi Indonesia.

Penyebutan ini bukan tanpa alasan. Provinsi pemekaran dari Kalimantan Timur ini menyimpan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa. Ini bisa dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi. Data menyebutkan pertumbuhan ekonomi provinsi yang resmi berdiri pada lima tahun lalu ini ditopang beberapa sektor andalan, mulai dari pertambangan dan penggalian, migas, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, ada sektor konstruksi, industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor, pun sektor transportasi dan pergudangan dengan kontribusi total 84,1 persen.

Menarik untuk dilihat beberapa sektor yang menjadi andalan Kaltara. Sama seperti provinsi induk, Kaltara yang memiliki lima daerah tingkat dua yang juga kaya akan sumber daya minyak dan gas serta pertambangan khususnya batu bara.

Kementerian ESDM mencatat Provinsi Kaltara  memiliki cadangan minyak dan gas pada lahan seluas 2.750 kilometer. Setidaknya potensi migas Kaltara tersebar di Kabupaten Bulungan, Tana Tidung, dan Nunukan. Jika berkesempatan mengitari kota Tarakan, dengan mudah dijumpai sumur minyak dan gas yang tengah menyedot minyak dari perut bumi. Beberapa perusahaan migas papan atas beroperasi di wilayah ini seperti PT Pertamina Hulu Energi dan PT Medco Energi International.

Nunukan adalah kabupaten dengan cadangan migas terbesar di Kaltara. Daerah ini memiliki kandungan minyak 8,37 MMBTS dan gas sekitar 280,24 BSCF. Ada beberapa yang di lepas pantai dengan kedalaman  sekitar 300-400 meter berjarak 20 kilometer dari  arah timur Pulau Bunyu sehingga secara administratif masuk Lapangan Badik dan West Badik Kabupaten Bulungan.

Beberapa blok migas yang sedang dikelola dan akan memberi kontribusi cukup besar untuk pendapatan daerah ini seperti Lapangan Migas Tarakan, Lapangan Migas Simenggaris, Lapangan Migas Nunukan, dan Lapangan Bunyu.

Di salah satu blok migas yakni Blok Nunukan dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan PT Pertamina Hulu Energi Nunukan Company (PHENC), anak usaha PHE ditemukan cadangan minyak baru.

Tidak hanya itu, Kaltara juga akan membangun kilang mini. Langkah menuju ke sana sudah dimulai setelah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan investor asal China, yakni Honghua Group.

Selain sektor migas, provinsi bungsu ini juga menyimpan potensi cadangan batu bara. Pada  2015, sumber daya batu bara di Kaltara sebesar 638,18 juta ton dan cadangan sebesar 1,03 miliar ton.

Selain batu bara juga ada potensi lain di antaranya batu gamping sebanyak 654 ribu ton di Malinau dan 25 ribu ton di Nunukan. Juga Sirtu dengan kapasitas 2,50 juta ton dan pasir kuarsa sebanyak 1 miliar ton di Nunukan  .

Di sektor pertambangan batu bara, pada 2015 ada 31 perusahaan yang beroperasi di Kaltara. Sebanyak 11 perusahaan di Kabupaten Bulungan, 10 di Kabupaten Nunukan, enam di Kabupaten Malinau, dan empat perusahaan di Tana Tindung. Perusahaan pemegang PKP2B ada tiga perusahaan, dua di Bulungan dan satu di Nunukan. Perusahaan yang cukup dikenal di antaranya PT Pesona Kathulistiwa Nusantara dan PT Delma Mining Corporation. Pada 2015 produksi batu bara sebesar 19,82 juta ton.

Tidak hanya itu, ada juga perusahaan tambang emas yang sudah produksi yakni PT Sago Prima Pratama, anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk. Sago Prima pada kuartal I 2017 memproduksi 16.854 ounce.

Kaltara juga sudah mulai membangun industri pengolahan mineral, dimana investor China dan Korea Selatan telah menyatakan ketertarikannya. Hal ini didukung letak Kaltara yang sangat strategis dekat dengan selat Selat Makasar di mana banyak kapal yang membawa bijih besi dan batu bara dari Australia ke arah Sulawesi Utara.

Potensi Energi Terbarukan

Untuk menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan industri, kesiapan infrastruktur khususnya listrik menjadi penting. Harus diakui listrik masih menjadi masalah karena pasokan listrik terbatas sementara kebutuhan terus meningkat. Saat ini rasio elektrifikasi untuk Kalimantan Utara adalah 78,33 persen.

Untuk bisa meningkatkan pasokan listrik dan meningkatkan rasio elektrifikasi, pemerintah dan PT PLN (Persero) melakukan beberapa langkah. Di antaranya rencana membangun PLTGU Embalut dengan kapasitas 2×50 megawatt (MW).

Selain itu, pemerintah dan swasta bisa memanfaatkan potensi listrik dari energi baru dan terbarukan. Daerah ini punya peluang mengembangkan pembangkit listrik berbasir air, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Di daerah ini terdapat kekayaan alam berupa sungai yang berpotensi menjadi sumber energi listrik berkapasitas ribuan megawatt, hydro energy.

Tidak tanggung-tanggung Kaltara memiliki lebih dari 20 sungai dengan arus air yang cukup kuat. Ke-20 sungai itu tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Nunukan dari Sungai Sembakung dengan potensi 500 MW, Kabupaten Bulungan dari Sungai Kayan sebesar 9.000 MW, dan Kabupaten Malinau ada Sungai Mentarang sebesar 7.600 MW. Jika dapat direalisasikan, Kaltara akan menjadi salah satu daerah dengan sumber listrik terbesar dari air.

Sesungguhnya potensi yang demikian besar ini sudah dilirik investor asing. Salah satunya investor dari Korea Selatan, Hyundai Group yang ingin membangun PLTA dengan kapasitas hingga 600 MW. Juga ada beberapa perusahan lain yang berminat di antaranya Serawak Energy, PT Kayan Hidro Energy (KHE), Inalum, dan PT Posco Engineering.

Masih di sektor energi, Kaltara  juga bisa menghasilkan listrik dari pemanfaatan limbah kelapa sawit. Maklum saja daerah ini punya potensi lahan yang cukup luas. Data menyebutkan lahan perkebunan yang dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit mencapai 808 ribu hektar. Wilayah seluas itu tersebar di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Malinau, dan Tana Tidung. Pada 2013, luas areal pertanaman kelapa sawit saat ini tercatat seluas 111.027 hektar.

Sektor perkebunan  menjadi salah satu andalan Kaltara, ada sekitar 64 perusahaan perkebunan kepala sawit yang saat ini menjalankan usaha. Kabupaten Bulungan merupakan yang paling banyak, yakni 24 perusahaan. Kemudian Nunukan ada 22 perusahaan, Kabupaten Tana Tidung ada 11 perusahan. Sementara di Kabupaten Malinau ada tujuh perusahaan kelapa sawit.

Perusahaan pengolahan kelapa sawit sudah ada 10 unit,  enam unit di Kabupaten Nunukan, kemudian dua di Bulungan, dan satu di Kabupaten Malinau. Ini juga menegaskan Kalimantan, termasuk Kaltara sebagai daerah dengan perkebunan sawit yang luas. Kondisi itu hampir sama dengan Pulau Sumatera. Namun, jumlah perusahaan tersebut sangat dimungkinkan telah berubah seiring adanya penambahan izin dan pencabutan izin.

Data BPS menyebutkan pada  2016 produksi kelapa sawit dari Kabupaten Tana Tindung sebesar 222 ton, Kabupaten Malinau mencapai 9.312 ton dan Kabupaten Nunukan sebesar 191.525 ton. Selain itu ada juga potensi perkebunan karet namun sampai sekarang baru ada satu perusahaan yang mengembangkannya.

Provinsi dengan jumlah penduduk 641.936 jiwa (2015) juga menyimpan potensi kelautan dan perikanan yang luar biasa. Daerah di beranda utara Indonesia punya kekayaan hasil laut yang luar biasa mulai dari ikan,kepiting sampai udang hasil tambak. Bahkan udang telah menjadi salah satu produk ekspor unggulan dari daerah ini.Tinggal didorong agar ikan dan udang tidak langsung diekspor tetapi diolah untuk mendapatkan nilai tambah sehingga ini menjadi peluang investasi yakni industri pengolahan ikan, budidaya rumput laut ataupun cold storage.
Selain udang yang sudah jadi primadona ekspor, usaha budi daya rumput laut dalam beberapa tahun terakhir semakin marak dan tengah dikembangkan secara besar-besaran.

Kawasan Industri Terpadu

Untuk mewujudkan rencana menjadi kluster baru industri di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Kawasan Industri Terpadu Tanah Kuning, Tanjung Palas Timur. Kawasan seluas 10.000 hektare  masuk dalam program pengembangan ekonomi nasional yang akan terintegrasi dengan pelabuhan internasional. Di kawasan tersebut akan dibangun industri pengolahan logam atau smelter, kelapa sawit, kakao, dan perikanan.

Dalam suatu kesempatan Menperin Airlangga Hartarto menyebutkan kawasan industi Tanah Kuning bisa menjadi kawasan pusat pertumbuhan ekonomi minimal dalam jangka waktu 7-10 tahun ke depan. Kawasan ini juga telah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) dan diproyeksikan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Bahkan kawasan industri ini telah masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.

Area yang disebut Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning,  berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Lokasinya cukup strategis karena ada pada lintasan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI II) yang merupakan lintasan perdagangan internasional. Juga ada di kawasan pusat ekonomi dunia masa depan atau pacific rim dan langsung berhadapan dengan negara tetangga. Daerahnya berada di jantungnya Pasifik ke arah kanan, yang mana 70 persen pasar ke Asia atau AS.

Dari sisi pasokan energi dengan adanya rencana membangun PLTA dengan kapasitas 6600 MW di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan. Direncanakan mulai menghasilkan listrik pada 2020 dengan nilai investasi sebesar Rp170 miliar. PLTA dibangun  PT Kayan Hydro Energi dan bermitra dengan investor asing.

Untuk pengolahan mineral, pemerintah juga mendorong Inalum yang memproduksi aluminium untuk membuka smelter di kawasan industri. Ini juga untuk memanfaatkan potensi bauksit yang cukup besar di Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat.

Pembangunan kawasan tersebut diestimasi perlu membutuhkan investasi sebesar Rp 21 triliun yang akan didukung dengan infrastruktur memadai, seperti pelabuhan, jalan, dan jembatan. Selain itu, kawasan yang ditargetkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 60 ribu orang yang rencananya dilengkapi PLTA berkapasitas 7.080 MW di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan dengan nilai investasi sekitar Rp 170 triliun.

Posisi Kaltara yang cukup strategis karena terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional serta berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depan dan langsung berhadapan dengan negara tetangga. Kawasan industri Tanah Kuning memiliki beragam potensi sumber daya alam yang cukup melimpah khususnya energi terbarukan.

Saat ini dua investor yang telah menjajaki peluang membangun pabrik di kawasan itu yaitu  Inalum dan PT Borneo Alumina Prima. Keduanya telah lama berkecimpung di sektor aluminium.

Dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, Kalimantan Utara memiliki peluang besar mendatangkan investasi. Pemerintah daerah pun membuka kesempatan pada investor untuk menanam modal di daerah.

Gubernur Irianto Lambrie dalam Kaltara Investment Forum 2017 pada Maret silam menegaskan bahwa investor tak perlu khawatir untuk berinvestasi di Kaltara. Pemerintah provinsi berkomitmen  memberikan kemudahan kepada para investor. Apalagi pemerintah daerah tengah mempersiapkan banyak hal. Mulai dari memperbaiki cara kerja aparatur, mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan para calon investor hingga kemudahan perizinan.

Hal yang penting di sini adalah perubahan kinerja birokrasi, baik di pemprov maupun lingkup Pemkab/Pemkot. Pola kerja birokrat yang baik akan menjadi salah satu kunci menarik investor menanamkan modalnya. Dukungan pemerintah pusat pun di antaranya dengan kemudahan investasi melalui beberapa paket kebijakan ekonomi yang dilaksanakan Presiden Joko Widodo seperti insentif investasi, keringanan pajak, termasuk pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, jangan pernah ragu untuk berinvestasi di Beranda Utara Indonesia, Kalimantan Utara. (***)