JAKARTA– PT Laskar Semesta Alam (LSA), anak usaha PT Adaro Energi Tbk (ADRO), perusahaan pertambangan batu bara terbesar nasional, memproyeksikan biaya eksplorasi Rp9,13 miliar. Hingga akhir April 2019, biaya eksplorasi yang sudah dikeluarkan mencapai Rp2,19 miliar (year to date).

Manajemen Adaro menyebutkan belum ada biaya yang dikeluarkan pada bulan April karena belum ada pembayaran invoice. “Biaya kegiatan bulan April akan dimasukkan pada bulan berikutnya,” tulis manajemen Adaro dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia.

Manajemen memproyeksikan rencana pengeboran selanjutnya pada Mei 2019 akan menyelesaikan sebanyak delapan lubang bor dengan target meteran total sebanyak 800 meter. Kegiatan pengeboran di bagian tengah IUP LSA. Program pengeboran masih mengerjakan kegiatan pengeboran geoteknik dan pengeboran SPT untuk data geoteknik di area rencana timbunan LSA.

PT LSA adalah perusahaan tambang yang berdiri pada September 2005. Pada 19 Maret 2008, LSA mendapatkan persetujuan dari Bupati Balangan atas Pencadangan Wilayah Pertambangan berdasarkan surat Keputusan Bupati Balangan Nomor 188.45/58/Kum/ TAHUN 2008 tentang Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan PT Laskar Semesta Alam.

Kuasa Pertambangan Eksplorasi PT LSA sebagaimana telah diubah melalui Keputusan Bupati Balangan Nomor 188.45/215/Kum Tahun 2009 tertanggal 16 Desember 2009 perihal Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Kepada PT LSA, dengan Lokasi di Desa Tigarun, Desa Sungai Batung dan Desa Tawahan.

Secara geografis Wilayah Izin Usaha Pertambangan (”WIUP”) termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan dengan luas area 2.500 Ha. Kegiatan penambangan di IUP LSA dimulai pertama kalinya pada Januari 2016. Kegiatan penambangan dimulai dari perencanaan penambangan dengan membuat desain penambangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembersihan lahan/land clearing, pengupasan tanah penutup dan pengupasan batuan penutup untuk memperoleh batubara.

Sebelum dilakukan pengambilan batubara dilakukan pembersihan batubara agar terbebas dari material pengotor yang dikhawatirkan akan meningkatkan kadar abu dan menurunkan kualitas batubara tersebut. Setelah dinyatakan bersih dari material pengotor, maka batubara LSA digali dengan eskavator sekelas PC400 dan dimuat menggunakan dump truck dengan kapasitas antara 20 sampai 30 ton. Batubara kemudian diangkut dari pit penambangan sampai ke stockpile antara di km 72 (ISP 72).

Pelaksana kegiatan penambangan LSA diserahkan kepada kontraktor jasa pertambangan PT Saptaindra Sejati (SIS), anak usaha Adaro Energy di sektor jasa tambang. Jenis peralatan tambang yang digunakan menyesuaikan dengan sistem penambangan tambang terbuka merupakan kombinasi alat gali excavator dan alat angkut dump truck dan metode penambangan truck and shovel dengan kombinasi rippingdozing untuk membantu memberaikan material tanah penutup dengan jumlah peralatan menyesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai.

Produk batubara PT LSA dipasarkan dengan merek dagang Balangan Coal, memiliki karakteristik kandungan abu, nitrogen dan sulfur yang sangat rendah dengan nilai kalori berkisar antara 4.200 kkal sampai dengan 4.400 kkal. Dengan rata-rata kandungan abu Balangan Coal sebesar 1-3% dan rata-rata kandungan nitrogen sebesar 0,9%, serta ratarata kandungan sulfur Balangan Coal sebesar 0,2% sehingga proses pembakaran batubara praktis tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan operasional PT LSA realisasi sampai dengan periode Maret 2019 mencapai 907 orang yang terdiri atas tenaga kerja tetap dan tenaga kerja dari kontraktor dan subkontraktor.

Salah satu komitmen PT LSA dalam menggunakan tenaga kerja adalah pemberdayaan tenaga kerja lokal (sekitar wilayah PT LSA ). Hingga saat ini PT LSA bersama kontraktor dan subkontraktornya merealisasikan untuk memperkerjakan tenaga kerja lokal hingga 60% dari kebutuhan tenaga kerjanya, sedangkan 40% sisanya berasal dari luar Kalimantan. (RA)