JAKARTA – PT Amman Mineral Nusa Tenggara komitmen untuk menuntaskan proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Smelter yang ditargetkan beroperasi pada 2022 itu, hingga Februari 2019 sudah terealisasi 13,83%.

“Untuk smelter investasi belum terlalu besar, karena masih persiapan tender untuk konstruksi. Awal tahun depan baru mulai ramai,” ujar Rahmat Makkasau, Presiden Direktur Amman Mineral di Jakarta, Kamis (16/5).

Menurut Rahmat, dalam UU Minerba dan aturan turunannya perusahaan mineral wajib membangun smelter. Amman Mineral telah komitmen membangun dengan teknologi Outotec.

Saat masih bernama PT Newmont Nusa Tenggara yang sahamnya dikuasai Newmont Corporation asal Amerika Serikat, perusahaan tidak memiliki rencana membangun smelter. Namun saat menjadi perusahaan nasional maka pemegang saham komitmen membangun smelter meski tidak mudah. Apalagi jika melihat margin dalam bisnis smelter relatif tipis, yakni sekitar 8%.

“Makanya agar keekonomiannya masuk, pemerintah bisa memberikan insentif, seperti pajak, bea masuk bareng dan yang lainnya,” kata Rahmat.

Dia menambahkan smelter yang dibangun berkapasitas 1,3 juta ton konsentrat. “Tentu bertahap hingga mencapai kapasitas maksimum. Mungkin 2023 baru bisa berproduksi penuh,” ujar dia.

Rachmat mengatakan Amman belum berencana menggandeng mitra untuk menyelesaikan proyek smelter. Sebab, belajar pada pengalaman sebelumnya, perusahaan sudah berupaya melakukan penjajakan, namun tak kunjung berhasil.

“Jadi kami akan bangun sendiri. Namun kami tidak menutup kemungkinan jika di perjalanannya ada yang mau bermitra,” kata Rahmat.(AT)