JAKARTA – PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Holdings Limited (BIPI) optimistis mampu meraih kinerja maksimal di akhir tahun 2022. Manajemen yakin langkah akuisisi PTT International Holdings Limited (PTT) baru – baru ini akan berdampak signifikan bagi perusahaan. Tidak tanggung-tanggung, Astrindo memproyeksi kinerja keuangan saja akan meningkat jauh diatas 100%.

Michael Wong, Chief Finance Officer (CFO) Astrindo, mengungkapkan manajemen memperkirakan bisa meningkatkan pendapatan perusahaan secara signifikan dari sekitar US$19 juta pada tahun lalu menjadi sekitar US$169 juta di tahun ini.

Menurut dia potensi tersebut berdasarkan kinerja PT Jembayan Muarabara yang menunjukkan kinerja baik di tengah kenaikan harga batubara. Hingga semester pertama tahun ini saja, Jembayan telah mencatatkan revenue hingga US$150 juta.

“Anggap kita mulai konsolidasi dari Juli, berarti sekitar 169 juta (tahun ini),” kata Michael disela diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (11/8).

Dia menuturkan, momentum akuisisi benar-benar diluar dugaan. Astrindo kata Michael awalnya tidak memprediksi harga batu bara akan meroket seperti sekarang. Manajemen sendiri memulai proses akuisisi pada September tahun lalu.

“Kita juga nggak mengira seperti sekarang, September kita mulai prosesnya harga batu bara belum begini. Saat proses terus berjalan mulai tuh naik harganya sampai sekarang rampung, tapi kan kita beli (akuisisi) tetap pakai harga pas kita mulai nego dulu,” ungkap dia.

Astrindo merogoh kocek US$471 juta untuk melakukan akuisisi. Dana tersebut berasal dari equity, internal cash, dan pendanaan dari luar. Terkait proses konsolidasi keuangan sendiri disebut masih dalam tahap diskusi dengan pihak PTT. Meski direncanakan secara resmi akuisisi selesai pada November mendatang, Michael optimistis dapat mengajukan nilai konsolidasi mundur dari waktu tersebut.

Akuisisi BIPI dengan PTT Mining Ltd Hong Kong senilai US$471 juta tersebut mencakup konsesi batu bara di 5 lokasi, antaralain di Madagaskar dan Brunei Darussalam, serta tiga lokasi di wilayah Kalimantan, yaitu di Jembayan, Sebuku, dan Penajam.

Di wilayah Jembayan sendiri sudah tiga tahun ini tidak ada kegiatan tambang yang signifikan. Untuk itu Astrindo akan fokus pada upaya peningkatan reserve di Jembayan dengan langkah pembebasan lahan.

Dengan reserve saat ini yang mencapai sekitar 65 juta dan resource sekitar 1,4 miliar, mestinya Jembayan bisa beroperasi paling tidak hingga 10 tahun mendatang.

Menurut Michael tambang Jembayan bakal menguntungkan karena memiliki kinerja yang bagus. Apalagi batu bara terkandung di dalamnya memiliki kalori sekitar 5.200 GAR hingga 5.400 GAR dengan operasi yang stabil serta menguntungkan. Manajemen sendiri disebut bekerja dengan kelas global serta didukung oleh kontraktor seperti PT Pamapersada Nusantara.

Produksi batu bara di Jembayan sendiri disebut selalu berada di atas 6 juta ton per tahun dengan kontrak jangka panjang yang dimiliki. Dengan langkah akusisi saat ini menurutnya telah banyak pihak yang menghubungi untuk melihat kemungkinan kontrak baru.

Astrindo yang sebelumnya memiliki fokus bisnis di penyediaan jasa infrastruktur perusahaan kini mengalami game changer dengan 80 persen kontribusi pendapatannya akan disumbang dari sektor pertambangan batubara.

Selain bersiap dengan bisnis langsung terjun di tambang batubara, Astrindo juga masih memiliki beberapa agenda seperti rencana penambahan 2 conveyer dan akuisisi pembangkit listrik di Kalimantan Timur. (RI)