JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan menyetorkan hasil evaluasi Front End Engineering Design (FEED) Blok Masela kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhir Januari 2019.  Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan proyek gas Abadi, Blok Masela yang diperkirakan menelan biaya pengembangan mencapai US$16 miliar menjadi salah satu prioritas yang harus dikerjakan pada 2019. Saat ini tengah dilakukan review teknis yang ditunjuk SKK Migas dan Inpex Corporation.

“Kami masih review teknis dengan para pakar. Sekitar dua minggu lagi, paling lambat awal Februari SKK Migas menyampaikan rekomendasi ke Menteri ESDM,” kata Dwi di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Dwi, dalam laporan nanti ke Menteri ESDM sudah akan berisi kondisi final proposal rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Blok Masela. “Jadi sudah final capex dan lainnya berapa, sampai Internal Rate of Return (IRR),” tukas Dwi.
Selain persetujuan PoD, survei awal juga harus bisa diselesaikan bersama dengan kepengurusan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).

Kontrak proyek Masela sebenarnya akan habis pada 2028, karena itu dalam target yang disampaikan kepada SKK Migas, Inpex sepakat untuk merampungkan proyek dengan estimasi produksi sebesar 9,5 Metric Tons Per Annum (MTPA) dalam bentuk gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG) serta dalam bentuk gas pipa sebesar 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada kuartal II 2027.

Inpex pun dikabarkan akan segera mengajukan perpanjangan kontrak Blok Masela. Inpex juga dipastikan akan mendapatkan tambahan kontrak selama tujuh tahun sebagai bagian dari kesepakatan atas konsekuensi perubahan skema pengembangan gas Masela dari laut ke darat.(RI)