BATANGTORU—PT Agincourt Resources, perusahaan penambang emas Martabe di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara memiliki komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan dan pengembangan masyarakat. Hal itu tercermin dari penerbitan Laporan Keberlanjutan 2016 yang merupakan refleksi dari nilai-nilai perusahaan, yaitu Growth, Respect, Excellence, Action, dan Transparency (GREAT).

Tim Duffy, Presiden Direktur PT Agincourt Resources, mengatakan , kesuksesan jangka panjang Tambang Emas Martabe sangat bergantung pada dukungan dan kepercayaan dari komunitas baik masyarakat maupun pemangku kepentingan lainnya di sekitar wilayah operasional tambang. Kepercayaan dan dukungan tersebut sangat bergantung pada seberapa baik kami mengantisipasi dampak dari operasional tambang.

“Kehadiran kami harus mampu memberikan dampak positif jangka panjang kepada para pemangku kepentingan. Dengan kata lain, semua sangat bergantung pada seberapa baik dan efektif kami mengimplementasikan prinsip-prinsip keberlanjutan,” ujar Duffy dalam siaran pers yang diterima Dunia-Energi.

Sepanjang tahun lalu, Tambang Emas Martabe membuat progres signifikan untuk pembangunan dan pengembangan berkelanjutan. Pencapaian di beberapa sektor pun diperoleh seperti untuk keselamatan, proteksi lingkungan, pengembangan masyarakat dan dampak ekonomi.

Dari sisi performa keselamatan, selama 2016, Tambang Emas Martabe berhasil mencatatkan tidak ada kecelakaan kerja. Pengembangan sistem manajemen keselamatan Tambang Emas Martabe terus dilakukan, bahkan telah mendapatkan skor 91% SMKP Minerba atau setara dengan peringkat Emas. “Kendati demikian, kami menyadari sepenuhnya bahwa risiko terjadinya kecelakaan tidak pernah dapat dieliminasi. Karena itu, pengelolaan sistem manajemen keselamatan harus terus ditingkatkan,” katanya.

Untuk performa pengelolaan lingkungan, Tambang Emas Martabe membukukan penguatan kinerja pada tahun lalu. Untuk kedua kalinya berturut-turut, perusahaan diganjar peringkat Biru PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Untuk rehabilitasi lahan operasional, lanjut Duffy, Tambang Emas Martabe telah melakukannya terhadap total 12,1 hektare lahan. Total bibit pohon yang telah ditanam yakni 4.653 dan terdapat sisa 2.696 bibit pohon.

“Kami pun terus meningkatkan dukungan pengembangan masyarakat. Salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk bekerja di Tambang Emas Martabe,” ujar Duffy.

Sejak awal proyek, perusahaan menargetkan mempekerjakan 70% tenaga kerja lokal untuk penempatan site. Pada akhir tahun lalu, terdapat total 1.672 pekerja lokal atau sudah mencapai 70,4%.

Hingga akhir tahun lalu, Agincourt Resources mempekerjakan 730 orang di Tambang Emas Martabe dan 29 orang di kantor pusat, di Jakarta. Sebagai tambahan, 1.615 karyawan kontraktor dipekerjakan di Tambang Emas Martabe sehingga total terdapat 2.374 orang yang bekerja di site. Perusahaan juga memiliki komitmen untuk keberagaman gender dengan target 25% perempuan pada akhir 2019. Adapun, pada akhir 2016, total tenaga kerja perempuan mencapai 16%, atau naik 3% dari 2015.

Layaknya pada tahun-tahun sebelumnya, operasional Tambang Emas Martabe didukung oleh kontraktor dan penyedia barang jasa lokal. Total pembelian dan pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor lokal mencapai US$13,8 juta.

Dalam bidang pengembangan masyarakat, Agincourt telah mengalokasikan US$1,16 juta atau naik dari 2015 US$1,27 juta. Alokasi terbesar yakni untuk membangun infrastruktur publik seperti penyelesaian dan menyerahterimakan Mesjid Raya Al-Jihad di Kecamatan Muara Batangtoru, pembangunan sistem air bersih dengan panjang pipa 16 km untuk 24 lokasi, serta Rambin Pulogodang sepanjang 174 meter.

Ada pula perbaikan konstruksi jalan untuk sembilan desa, toilet umum, renovasi Puskesmas Batangtoru, dan sebagainya. Alokasi dana pengembangan masyarakat juga digunakan untuk program kesehatan seperti operasi katarak gratis, pendidikan, dan pengembangan bisnis lokal.

“Kami juga sangat patuh pada regulasi pemerintah Indonesia, termasuk penerapan dan proses persetujuan inspeksi tambang. Perusahaan selalu memenuhi persyaratan pelaporan yang ditetapkan oleh pemerintah tepat waktu,” ujar Duffy.

Selain itu, untuk memperluas pemahaman mengenai operasional Agincourt yang berkelanjutan, perusahaan terus menerapkan strategi komunikasi aktif. Sepanjang tahun lalu, strategi ini meliputi memfasilitasi kunjungan ke tambang terhadap total 2.061 masyarakat lokal dari 15 desa lingkar tambang termasuk petani, pelajar, hingga organisasi nonprofit. Program ini telah berjalan selama empat tahun dan memaparkan mengenai pengelolaan air dan produksi tambang.

Perusahaan bahkan membentuk Lembaga Konsultasi Masyarakat Martabe (LKMM) untuk memfasilitasi dialog dengan masyarakat lokal. LKMM memiliki 21 orang perwakilan dari 15 desa lingkar tambang. Beberapa topik dialog LKMM yakni kesempatan bekerja di tambang dan proyek-proyek pengembangan masyarakat.

Terkait dengan hubungan perusahaan dan pemerintah, sepanjang 2016, PT Agincourt Resources menggelar lebih dari 200 kali pertemuan, baik dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah.

“Untuk kinerja produksi, pada tahun lalu kami meraih total produksi melebihi target. Kami terus berusaha mempertahankan reputasi sebagai produsen emas dan perak yang sangat efisien. Total produksi pada 2016 mencapai 310.550 ounce emas, rekor baru bagi kami,” ungkap Tim Duffy.

Tak hanya itu, All In Sustaining Cost (AISC) mencapai US$429 per ounce, sebuah pencapaian dari Martabe Improvement Program (MIP). Program eksplorasi sepanjang 2016, juga menambah cadangan ore dari 2,8 juta ounce menjadi 3,2 juta ounce emas atau menambah 2 tahun umur operasional tambang. Umur tambang saat ini adalah 10 tahun.

Hingga akhir tahun lalu, sumber daya Tambang Emas Martabe mencapai 7,5 juta ounce emas dan 67 juta ounces perak. Pencapaian ini semakin menegaskan Tambang Emas Martabe sebagai tambang dengan deposit mineral kelas dunia dan dikelola oleh tim eksplorasi terampil dan berpengalaman.

Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe memiliki sumberdaya 7,4 juta ounce emas dan 69 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak.

Pada Maret 2016, perusahaan konsorsium pertambangan yang dipimpin oleh EMR Capital, spesialis dana ekuitas pertambangan swasta asal Australia, resmi menjadi pemegang saham utama PT Agincourt Resources. Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Provinsi Sumatera Utara (Pemda) tidak mengalami perubahan. Lebih dari 2.000 orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70% direkrut dari masyarakat di sekitar tambang dan wilayah terdekat lainnya. (DR)