NEW YORK- Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (28/7) pagi WIB, di tengah harapan bahwa upaya-upaya stimulus akan membantu merevitalisasi ekonomi AS. Namun, kenaikan harga minya dibatasi oleh meningkatnya kasus Virus Corona dan ketegangan antara Washington dan Beijing.
Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik US$31 sen menjadi menetap di US$41,60 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September bertambah tujuh sen menjadi ditutup pada US$43,41 per barel.
Partai Republik di senat diperkirakan meluncurkan paket bantuan Virus Corona baru senilai US$1 triliun pada Senin sore waktu setempat.
“Jika kita dapat memasukkan lebih banyak uang ke kantong konsumen, mereka akan membelanjakannya untuk barang dan jasa,” kata Analis Senior Grup Price Futures, Phil Flynn, di Chicago. “Itu akan mendorong pada lebih banyak permintaan bensin, lebih banyak perjalanan dan lebih banyak belanja.”
Dolar AS yang lemah, yang membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, juga membantu mendorong minyak berjangka. Indeks dolar AS mencapai level terendah sejak Juni 2018, dirugikan oleh kekhawatiran ekonomi domestik dan memburuknya hubungan AS-China.
Ketegangan baru antara dua ekonomi terbesar di dunia setelah penutupan konsulat di Houston dan Chengdu telah mengirim investor ke tempat yang aman, seperti emas dan obligasi, dan menjauh dari aset-aset berisiko seperti minyak berjangka.
Sementara itu, kasus global dari Virus Corona telah melebihi 16 juta, dan virus ini melonjak di wilayah Amerika Serikat. Di sisi lain, permintaan minyak telah meningkat setelah jatuh pada kuartal kedua, penguncian kembali karena kenaikan tingkat infeksi telah membuat pemulihan tidak merata. (RA)




Komentar Terbaru