JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) menambah jumlah kapal yang disiagakan untuk menanggulangi semburan minyak dan gas dari sumur YYA-1. Sedikitnya ada sekitar 45 kapal kini disiagakan. Ifki Sukarya, Vice President Relations PHE, mengatakan para pekerja PHE ONWJ bersama tim ahli internasional di bidang well control mulai melakukan pengeboran untuk menghentikan gelembung gas di sekitar anjungan YY pada pekan lalu.

Hingga Rabu, (7/8), tahap pengeboran YYA1-RW memasuki kedalaman sekitar 540 meter dan sedang dalam tahap persiapan pengeboran hole section 17-1/2″.
Pengeboran dimulai dua hari lebih cepat dari jadwal semula dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter.

Kegiatan mobilisasi Rig Jack Up Soehanah di sekitar lokasi relief well dilakukan bersamaan dengan proses survei geohazard dan geotechnical.

“Beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan simultan, sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal,” kata Ifki di Jakarta, Rabu (7/8).

Munculnya gelembung gas di sekitar anjungan YY yang dioperasikan PHE ONWJ berawal pada Jumat dini hari, 12 Juli 2019.

Menurut Ifki, PHE ONWJ  terus berupaya optimal menahan tumpahan minyak dengan melakukan strategi proteksi berlapis di sekitar anjungan. Pada lapis pertama, IMT memasang static oil boom sepanjang 4.300 meter, sedangkan static oil boom di lapis kedua sepanjang 400 meter. Padai lapis ketiga, ditempatkan empat unit penyedot minyak (skimmer) untuk mengangkat minyak di perairan.

Sterilisasi area sekitar platform YYA juga dilakukan PHE ONWJ dengan menyiagakan 45 kapal untuk melakukan oil spill combat, patroli dan standby firefighting. Drone dikerahkan untuk memonitor formasi statik boom dan pergerakan kapal.

Untuk mencegah kebakaran, IMT mendedikasikan dua Anchor Handling Tug Supply (AHTS) sebagai kapal penyelamatan dan tanggap darurat.

”Satu demi satu peralatan ini didatangkan ke lokasi untuk memastikan penanggulangan dilaksanakan dengan baik dan benar,” ungkap Ifki.

Penangkapan minyak dengan cara mengejar, melokalisir, serta menyedot ceceran minyak yang melewati batas sabuk oil boom di sekitar anjungan juga masih dilakukan. Hingga saat ini tercatat ada sembilan wilayah terdampak di Karawang meliputi Tanjung Pakis, Segar Jaya, Tambak Sari, Tambak Sumur, Sedari, Cemara Jaya, Sungai Buntu, Pusaka Jaya Utara dan Mekar Pohaci. Sementara dua pantai terdampak di Bekasi yakni Pantai Bahagia dan Pantai Bakti. Tim tanggap darurat juga disiagakan di sekitar kawasan Kepulauan Seribu.

Kompensasi

Pemerintah Kabupaten Karawang membentuk tim kompensasi yang terdiri dari Lintas Dinas, Muspida, Muspika dan PHE ONWJ untuk penanganan kompensasi masyarakat akibat tumpahan minyak. Tim tersebut akan melakukan beberapa hal seperti merumuskan dan menetapkan standar nilai kompensasi sesuai hasil verifikasi.

Masyarakat terdampak akan menyampaikan pengaduan kerugian ke posko pengaduan yag didirikan di setiap desa terdampak, kemudian dilakukan inventarisasi dan verifikasi oleh tim untuk memastikan data kerugian.

Disisi lain, Oil Spill Combact Team (OSCT) PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI dan Polri serta lebih dari 1.000 orang telah mengumpulkan lebih dari 950 ribu karung limbah minyak di pesisir.

Pemantauan udara dan laut dalam radius 50 –100 km menggunakan helikopter Pelita Air Service. Patroli di perairan Karawang dibantu Kapal Patroli DitpolairBaharkam Polri.

Ifki mengatakan Pertamina akan melakukan upaya maksimal sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian atas peristiwa di Laut Jawa tersebut. “Seluruh pimpinan maupun keluarga besar Pertamina menyatakan prihatin atas peristiwa tersebut dan juga atas dampak yang mengikutinya,” kata Ifki.(RI)