SINGAPURA– Harga minyak mentah bergerak lebih rendah di perdagangan Asia pada Rabu (24/4) pagi WIB, di tengah tanda-tanda bahwa pasar global tetap dipasok secara memadai meskipun harga melonjak ke level tertinggi 2019 pada minggu ini karena Washington mendorong sanksi-sanksi yang lebih ketat terhadap Iran.

Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di US$74,24 per barel pada pukul 00.58 GMT (07.58 WIB), turun US$27 sen atau 0,4%, dari penutupan terakhir mereka. Sedangkan menurut Reuters, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$66,02 per barel, turun US$28 sen atau 0,4%, dari penyelesaian sebelumnya.

Minyak mentah berjangka naik ke tertinggi 2019 pada awal minggu ini, setelah Amerika Serikat mengatakan pada Senin (22/4) akan mengakhiri semua keringanan sanksi-sanksi terhadap Iran, menuntut negara-negara menghentikan impor minyak dari Teheran mulai Mei atau menghadapi tindakan hukuman dari Washington.

Sanksi-sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran diperkenalkan pada November 2018, tetapi Washington mengizinkan pembeli terbesarnya membatasi impor minyak mentah selama setengah tahun lagi sebagai periode penyesuaian.

Dengan ekspor minyak Iran kemungkinan menurun tajam mulai Mei karena sebagian besar negara tunduk pada tekanan AS, pasar minyak mentah global diperkirakan akan mengetat dalam jangka pendek, kata Goldman Sachs dan Barclays bank minggu ini.

Meskipun demikian, para analis menyatakan pasar minyak global tetap dipasok secara memadai berkat kapasitas cadangan yang cukup dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah, Rusia dan juga Amerika Serikat.

Badan Energi Internasional (IEA), pengawas untuk negara-negara konsumen minyak, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/4) bahwa pasar “dipasok secara memadai” dan bahwa “kapasitas produksi cadangan global tetap pada tingkat yang nyaman.”

Sumber terbesar pasokan minyak baru berasal dari Amerika Serikat, di mana produksi minyak mentahnya telah meningkat lebih dari dua juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke rekor lebih dari 12 juta bph awal tahun ini, menjadikan Amerika sebagai produsen minyak terbesar dunia di depan Rusia dan Arab Saudi.

“Total pasokan minyak dari Amerika Serikat diperkirakan tumbuh 1,6 juta barel per hari tahun ini,” kata IEA.

Persediaan komersial di Amerika Serikat juga tinggi. Data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menyebutkan, persediaan minyak mentah AS naik 6,9 juta barel dalam sepekan hingga 19 April menjadi 459,6 juta barel. (RA)