JAKARTA – Anggapan yang menyatakan Indonesia negara yang kaya akan minyak dan gas bumi (migas) saatnya dikaji ulang. Pasalnya, sumber daya yang telah tercatat sekarang ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan untuk mengklaim kekayaan migas Indonesia harus menggunakan data.

“Persepsi sekarang itu, iya kaya. Kalau mau bilang itu harus pakai fakta dan data. Bahwa sampai hari ini (tahun lalu) proven reserve 3,2 miliar barrel, 0,2% dari cadangan terbukti dunia. Hanya 0,2%, kaya atau tidak?,” kata Arcandra di Jakarta, Senin (4/2).

Menurut Arcandra, kondisi tidak jauh berbeda juga ada pada sumber daya gas. Saat ini cadangan terbukti gas di Indonesia sebesar 100 TCF atau hanya 1,5% dari total cadangan terbukti di dunia.

Jika untuk minyak Indonesia sudah menjadi importir sejak lama, untuk gas masih lebih baik karena masih belum diimpor bahkan masih bisa untuk diekspor. “Berbeda dengan oil, kita sudah jadi net importing country dari 2003-2004. Tapi gas kita masih ekspor, 60% kebutuhan dalam negeri, 40% diekspor,” ungkap Arcandra.

Namun demikian, Arcandra mengingatkan cadangan terbukti yang sudah terdata hampir setengahnya berasal dari Blok East Natuna yang lebih dari 72% gasnya mengandung CO2. Ini tentu harus menjadi fokus utama. Lantaran pengolahan gas yang mengandung CO2 terlampau tinggi tidak akan mudah.

“Jadi peringatan yang 100 TCF, 40-an TCF berasal dari East Natuna yang sangat kaya dengan CO2. Sampai saat ini kita masih berusaha untuk mencarikan teknologi yang pas. Kalau East Natuna dikeluarkan, 60 TCF proven reserve kita jadinya,” kata dia.

Untuk itu pengembangan Blok East Natuna akan menjadi salah satu fokus utama pengembangan potensi gas Indonesia ke depan.
Blok East Natuna sekarang menjadi tanggung jawan penuh PT Pertamina (Persero) setelah pada 2017 Exxonmobil memilih hengkang dan berhenti mengembangkan blok tersebut.

Pemilihan teknologi menjadi salah satu syarat utama agar East Natuna bisa dikembangkan dengan ekonomis. “Untuk itu, Blok East Natuna ini cukup penting, kalau kita bisa implementasikan teknologi yang ekonomis,” tandas Arcandra.(RI)