JAKARTA – PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) fokus pada diversifikasi komoditas angkut multi kargo untuk merambah pangsa pasar potensial termasuk pasar internasional. Strategi perseroan adalah mengoptimalkan utilisasi aset yang dimiliki di tengah lesunya pasar ekspor dan domestik akibat pandemi Covid-19 yang menekan industri global, terutama jatuhnya permintaan komoditas batu bara.

Iriawan Alex Ibarat, Direktur Utama PSSI, mengatakan dengan pengamanan kontrak senilai US$164,6 juta pada 2020 untuk kontrak baru serta perpanjangan kontrak jangka panjang dalam 1 – 3 tahun kedepan, maka perseroan optimistis akan tumbuh dengan diversifikasi bisnis, optimalisasi aset dan ekspansi armada sebagai strategi berkelanjutan.

Alokasi belanja modal pada 2021 ditargetkan sekitar US$21 juta untuk rencana strategi ekspansi armada.

“Pertumbuhan pendapatan 2021 ditargetkan sekitar 15 – 20% dari 2020, dengan target lebih tinggi dari 2019 atau pre-pandemi,” ujar Alex, Senin (26/4).

Sepanjang 2020, Pelita Samudera berhasil membukukan total pendapatan sebesar US$68,4 juta (sekitar Rp0,96 triliun), turun 9% dibanding periode yang sama 2019 sebesar US$75,3 juta. Tarif angkutan rata-rata naik 10% menjadi US$2,74/metrik ton dari US$2,49 per metrik ton pada 2019 dan membukukan total volume pengangkutan sebesar 24,9 juta metrik ton.

Pendapatan sewa berjangka meningkat signifikan sebesar 35% menjadi US$13,3 juta dari US$9,9 juta di 2019, dan mengalami peningkatan di semua segmen bisnis, Floating Loading Facility (FLF), Kapal Tunda dan Tongkang (TNB) dan Kapal Curah Besar (MV).

Beban pokok pendapatan sedikit mengalami penurunan menjadi US$55,9 juta dari US$56,2 juta di 2019, dimana kontribusi terbesar dari peningkatan biaya depresiasi kapal namun diimbangi dengan penurunan biaya bahan bakar.

“Di tengah turunnya pasar batu bara, perseroan banyak melakukan perbaikan dan pemeliharaan kapal (docking) di semester pertama sehingga dapat mengejar kebutuhan volume pengangkutan di semester kedua, terbukti dengan mulai menguatnya harga batubara menjelang awal kuartal IV 2020,” ungkap Alex.

Pelita Samudera  mencatat marjin laba kotor sebesar 18% atau US$12,5 juta. Marjin EBITDA berhasil dicapai di 35% atau sebesar US$24,3 juta, menunjukkan cash cost yang cukup stabil dari 2019 marjin di 40% atau EBITDA sebesar US$29,9 juta.

Utilisasi penuh dan ekspansi multi kargo armada Kapal Curah Besar (MV) mencapai hampir 25% untuk volume pengangkutan freight charter komoditas di luar batu bara seperti nikel, alumina, tembaga konsentrat, semen klinker, pasir silika, billet baja dan produk besi. Pada pertengahan 2020, Kapal Tunda dan Tongkang (TNB) berekspansi ke segmen nikel terutama di area Sulawesi Tenggara serta membuka kantor perwakilan di Kendari pada akhir kuartal IV/2020.

Memperluas pangsa pasar dan optimisasi aset membantu PSSI untuk melaporkan laba bersih tahun berjalan per 31 Desember 2020 sebesar US$8,4 juta.

Perseroan membangun posisi keuangan yang kuat dengan Jumlah Aset meningkat sebesar 3% YoY menjadi US$146,8 juta dari US$143,2 juta dan jumlah ekuitas meningkat sebesar 7% YoY menjadi US$94,5 juta dari US$88,6 juta, terutama dari saldo laba (retained earnings) meningkat sebesar 18% menjadi US$39,4 juta per 31 Desember 2020 dari US$33,4 juta per 31 Desember 2019. Di periode yang sama, Perseroan memiliki kas dan setara kas sebesar US$14 juta (termasuk kas yang dibatasi penggunaan sekitar US$1,3 juta).

Rasio utang terhadap aset dan rasio hutang terhadap ekuitas sebesar masing-masing 0,24 kali dan 0,37 kali, lebih rendah dari masing-masing 0,28 kali dan 0,45 kali di 2019, yang merupakan kontribusi dari pembayaran penuh pinjaman bank jangka panjang UOB serta cicilan pokok pinjaman bank ICICI dan Citibank dengan total pembayaran pinjaman sebesar US$30,5 juta. Pembayaran pinjaman bank juga berkontribusi pada posisi rasio gearing yang lebih baik sebesar 0,22 kali vs. 0,37 kali dari 2019. Posisi keuangan ini menunjukkan perseroan memiliki struktur modal yang terjaga dengan baik dan kapasitas keuangan yang solid. Rasio harga saham terhadap pendapatan (price earning ratio) juga meningkat lebih tinggi sebesar 7,7 kali dari 5,3 kali dari 2019.(RA)