JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Kegiatan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan memberikan perhatian lebih kepada empat proyek strategis nasional pada 2019. Dari empat, satu diantaranya adalah Indonesian Deep Water Development (IDD) atau pengembangan lapangan migas laut dalam yang digarap PT Chevron Pacific Indonesia.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan saat ini progress IDD sudah cukup positif dan ditargetkan tahun ini sudah melaksanakan tender untuk Engineering Procurement Constructions (EPC).

“Pada 2019 pelaksanaan Front End Engineering Design (FEED), lalu contract award,” kata Dwi ditemui di Gedung DPR, Kamis (10/1).

SKK Migas bersama dengan Chevron sebagai operator memperkirakan estimasi produksi IDD sebesar 1.120 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan minyak 40 ribu barel per hari (bph).

“Rencana onstream pada kuartal pertama 2024. Estimasi biaya pengembangan untuk dua lapangan Gendalo dan Gehem sebesar US$ 5 miliar,” ujar Dwi.

Proyek berikutnya adalah Tangguh yang dikerjakan oleh BP Tangguh. Saat ini sedang dalam tahapan konstruksi dan tahun ini beberapa fokus kegiatan yang harus selesai dilakukan adalah instalasi fasilitas pipa, kemudian pre commisioning started, dan WDA drilling completed.

Estimasi produksi adalah sebesar 70 MMSCFD dan 3.000 bph dengan biaya pengembangan mencapai US$8 miliar.

Selanjutnya, yang dikerjakan PT Pertamina melalui PT Pertamina EP Cepu (PEPC) yakni pengembangan Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB).

Tahun ini ditargetkan beberapa kegiatan konstruksi sudah harus dilakukan serta pengeboran tiga sumur. Estimasi produksi sebesar 190 MMSCFD dan ditargetkan bisa menyemburkan gas pada kuartal kedua 2021. Pertamina sendiri harus menyediakan biaya pengembangan lapangan sebesar US$1,55 miliar

“Diharapkan GPF work engineering konstruksi dan lain, lalu ada kegiatan drilling,” ungkap Dwi.

Proyek lainnya adalah pengembangan lapangan gas Abadi, Blok Masela. SKK Migas menargetkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Masela bisa dilakukan pada tahun ini. Kemudian ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam pengembangan Masela adalah, pengurusan Amdal serta survei pertama untuk melakukan konstruksi.

Estimasi produksi yang sudah disepakati adalah 9,5 MTPA gas LNG serta 15 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa. Proyek yang dioperatori oleh Inpex Corporation ini ditargetkan rampung pada kuartal kedua 2027 dengan perkiraan investasi mencapai US$ 16 miliar.

“Ini jadi panutan kami untuk empat proyek strategis nasional,” tandas Dwi.(RI)