JAKARTA – Produksi minyak dari lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur diproyeksikan akan terus ditingkatkan. Setelah sukses mencapai puncak produksi melebihi target pemerintah sebesar 205 ribu barrel oil per day (BOPD) pada tahun ini, pada 2019 produksi ditargetkan 220 ribu BOPD.

Syamsu Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), mengatakan konsolidasi dan pembahasan rencana untuk meningkatkan produksi sudah dibahas, segala persiapan juga dirasa  cukup, termasuk dengan kondisi reservoar ketika didorong untuk bisa memproduksi minyak lebih banyak.

“Kami rencana akan menambah sampai 220 ribu BOPD. Mereka mau memastikan fasilitas yang digunakan aman. Secara reservoar mampu. Kami optimalkan yang eksisting, tapi harus realible dan aman. Pemerintah kan minta begitu,” kata Syamsu saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Rabu (11/7).

Pertamina memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 45% di blok Cepu melalui PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Sisanya dikuasai  Exxonmobil dan dioperatori anak usahanya, Mobil Cepu Ltd.

Exxon sukses menempati posisi teratas dan menyalip PT Chevron Pacific Indonesia sebagai kontributor lifting minyak terbesar di Indonesia. Chevron melalui blok Rokan sudah puluhan tahun menjadi penyumbang terbesar kontribusi minyak bumi Indonesia.

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksan Tugas Pembinaan Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan lifting Exxonmobil di blok Cepu mencapai 209,9 ribu BOPD unggul dibanding Chevron sebesar 207,1 ribu BOPD.

Menurut Syamsu, persiapan peningkatan produksi kemungkinan tidak akan berlangsung singkat. Untuk itu, implementasi produksi mencapai 220 ribu BOPD paling tidak akan bisa diwujudkan mulai tahun depan.

Peningkatan produksi sebenarnya langsung bisa dilakukan karena berbagai persyaratan nonteknis sudah dipenuhi operator, termasuk Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) dan berbagai isu nonteknis lainnya.

“Secara time frame tahun depan. Di Cepu enggak ada isu, karena resevoar-nya ada. Isunya di fasilitas malah,” ujar Syamsu.

Operator juga tidak perlu menambah biaya untuk peningkatan produksi, yang diperuntukan untuk penambahan fasilitas penunjang. Fasilitas yang ada sekarang sudah cukup untuk mengakomodir penambahan produksi yang ditargetkan.
.
“Tidak ada penambahan fasilitas, secara safety masih diizinkan,” tandas Syamsu.(RI)