JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor energi baru terbarukan (EBT) mengalokasikan dana investasi US$ 300 juta untuk 2018. Angka tersebut menurun dibanding alokasi dana pada tahun ini sebesar US$314 juta.

“Tahun depan dominan untuk melaksanakan proyek yang sudah berjalan, termasuk eksplorasi. Turun (dana investasi), karena sebagian kegiatan peak-nya 2017. Tapi yang perlu dicatat, kami masih menambah kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan reserve pada 2018,” kata Irfan Zainuddin, Presiden Direktur PGE kepada Dunia Energi, Rabu (13/12).

Dua potensi besar yang akan mulai di eksplorasi PGE pada tahun depan adalah Wilayah Kerja Panas Bumi Bukit Daun di Bengkulu dan WKP Seulawah di Aceh.

Menurut Irfan, proyek Bukit Daun akan menjadi prioritas PGE tahun depan karena sudah memiliki perencanaan yang jelas terhadap skema pengembangan yang akan dilakukan, termasuk potensi yang dipastikan sebesar 60 megawatt (MW).

“Mungkin Bukit Daun lebih cepat, karena kami lebih cepat eksplor dan sudah dapat proven reserve. Saat ini kami sedang mengkalkulasi, mungkin bisa minimal 60 MW,” ungkap dia.

Untuk Seulawah, PGE masih membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun karena saat ini tahapan survei awal. Berdasarkan perhitungan awal, PGE meyakini potensi Seulawah bisa mencapai 165 MW, tapi untuk tahap potensi yang dikembangkan hanya sekitar 2×55 MW.

Irfan mengatakan PGE masih melakukan ekspansi di wilayah yang mempunyai konsumsi tinggi terhadap listrik. Namun ke depan perusahaan juga sudah melirik mengembangkan panas bumi di wilayah Indonesia Timur.

“Market tidak terlalu besar (di timur), jadi kami masih di portofolio dan fokus di daerah yang punya prospek market yang besar. Hanya kami sudah berpikir tempat di Indonesia timur. Terus terang sudah kami kalkulasi, tinggal dihitung dari sisi perhitungan strategi ke depannya seperti apa disana,” kata Irfan.

Agar bisa dipercepat, lanjut dia, pengembangan panas bumi, khususnya di daerah remote masih memerlukan insentif dari pemerintah. Ada beberapa insentif yang diperlukan, seperti dari sisi perpajakan serta mekanisme penetapan harga listrik.

“Untuk harga, harus dilakukan upaya agar kami bisa lebih eksis merencanakan ke depan,” tandas Irfan.(RI)