JAKARTA – Pemerintah menjanjikan akan ada perkembangan positif terkait Blok Natuna dalam waktu dekat. Pembicaraan pengembangan Blok Natuna semakin intensif seiring kedatangan petinggi Exxonmobil dan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence ke Indonesia.

“There’s a good news untuk Natuna. Karena dia (petinggi Exxonmobil) janji dalam sebulan ini dia akan kirim surat resminya,” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta.

Rencana kedatangan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence pada 19 April-21 April ke Indonesia dijadwalkan juga akan membicarakan pengembangan Blok Natuna oleh Exxon.

Blok Natuna saat ini dikembangkan konsorsium tiga perusahaan migas, yakni PT Pertamina (Persero), Exxonmobil dan PTT EP. Pemerintah juga telah menunjuk Pertamina sebagai pemimpin konsorsium tersebut. Namun demikian ada beberapa kontrak yang sebenarnya sudah berjalan di blok tersebut yang saat ini masuki tahap eksplorasi.

Menurut Arcandra, salah satu poin utama dalam surat resmi Exxon adalah terkait nasib serta kelanjutan dari pengembangan Blok Natuna yang saat ini masih dalam tahapan Technology Market Review (TMR). Sambil menunggu penyelesaian TMR yang dilakukan Exxonmobil akan memutuskan permasalahan kontrak yang sebelumnya sudah ada di struktur D Alpha di Blok Natuna.

“Selama ini Natuna siapa yang mengelola? Exxonmobil masih melihat kontrak yang lama tidak clear. PSC itu sudah lama, Natuna D Alpha. Jadi apa yang abu-abu akan dihitamputihkan. Itu good news-nya,” ungkap dia.

Jusuf Kalla, Wakil Presiden, sebelumnya menyebut akan ada pembicaraan khusus di sektor energi dengan Mike Pence. Fokus pembicaraan yang akan dibahas dalam forum bisnis Indonesia – Amerika pada Jumat mendatang adalah terkait proyek Natuna yang juga dikelola Exxonmobil dan Indonesian Deepwater Development (IDD) yang dijalankan PT Chevron Pacifik Indonesia.

“Kita kan sudah bicarakan pendahuluannya, bagaimana Natuna, IDD di Chevron dan sebagainya. Karena mereka juga sebenarnya sangat ingin untuk melanjutkan proyek-proyek itu,” kata Jusuf Kalla.

Blok Natuna diproyeksikan sebagai salah satu proyek migas terbesar di Indonesia karena kandungan cadangan gas mencapai 46 TCF dan cadangan minyak mencapai 36 juta barel (MMBO). Namun demikian cadangan gas yang besar itu memiliki tantangan atau masalah yang besar juga yakni kandungan karbondioksida (CO2) mencapai 72%. Hal itu yang membuat pengembangan Blok Natuna selalu tersendat karena nilai keekonomiannya dinilai tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembangkan blok tersebut.(RI)