JAKARTA – Pemerintah mengakui ada potensi kelebihan pasokan (surplus) gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) pada tahun ini, namun angkanya tidak sampai 3,2 juta ton seperti yang disebut Wood Mackenzie dalam kajiannya.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan tidak mungkin surplus LNG hingga 3,2 juta ton. Apalagi berdasarkan kebutuhan yang ada, banyak LNG yang seharusnya sudah committed.

“Kami akan keluarkan neraca gas. Itu (surplus 3,2 juta ton) tidak benar,  angka itu kebesaran,” kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa malam (20/3).

Berdasarkan kajian Wood Mackenzie, pada 2018 produksi LNG di Indonesia diprediksi mencapai 18,5 juta ton. Produksi tersebut berasal dari kilang Bontang yang mencapai sembilan juta ton, kilang Tangguh tujuh juta ton dan 2,5 juta ton dari kilang Donggi-Senoro. Sebanyak 12,5 juta ton LNG sudah committed untuk pasar ekspor ke pembeli Asia Timur, seperti Taiwan, dan China. Sisanya, enam juta ton untuk kebutuhan pasar domestik.

Menurut Arcandra, kajian Wood Mackenzie tidak memperhatikan kondisi kilang LNG Bontang saat ini. Pengolahan gas hanya dioperasikan empat dari lima train yang ada, sehingga produksi kilang Bontang tidak sampai sembilan juta ton. Untuk Tangguh dan Donggi-Senoro otomatis tercatat sudah committed.

“Bontang sekarang empat train ya, tidak full produksi. Jadi dibawah itu (9 juta ton),” kata dia.

Selain itu, Arcandra mengatakan pasokan gas untuk kilang Bontang juga tidak maksimal memenuhi kapasitas pengolahan seharusnya, lantaran sumber pasokan gas juga mengalami penurunan produksi.

Salah satu sumber gas seperti Blok Mahakam, diproyeksikan mengalami decline atau penurunan produksi secara alamiah. Meskipun PT Pertamina (Persero) sudah masuk berinvestasi, sifatnya hanya menahan agar tidak telalu besar penurunan produksi.

Pasokan gas baru seperti dari ENI Muara Bakau misalnya, sudah committed atau terkontrak dengan pembeli.

“Profil produksi Mahakam juga tidak sesuai tahun lalu, decline phase, belum ada program baru tidak setinggi tahun lalu lainnya belum ada adjustment. Yang lain seperti ENI kan terkontrak semua,” tandas Arcandra.(RI)