Belum Final, Kementerian ESDM Masih Evaluasi Impor LNG Dari Singapura

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan rencana  impor gas alam cair (Liquefied Natural Gas / LNG) dari Singapura belum final. Pembicaraan masih akan dilakukan dengan para trader gas,  terutama terkait harga yang ditawarkan.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengungkapkan harga gas yang ditawarkan masih belum sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia. Padahal jika ingin impor, harganya harus lebih murah dari harga gas pipa dan LNG di dalam negeri yang dihitung tidak lebih dari 14,5% dari ICP di pembangkit atau plant gate.

Harga yang disebut Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yakni sebesar US$ 3,8 per MMBTU merupakan harga untuk transportasi dan regasifikasi.

“Harga US$ 3,8 itu baru transport sama regasifikasi, belum harga LNG-nya,” kata Arcandra saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Selasa malam (22/8).

Menurut Arcandra, setiap urusan yang mengenai kebijakan impor, khususnya gas harus dibahas secara mendalam dan diputuskan secara hati-hati. Apalagi untuk kali ini rencananya gas akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dimana diujung pasti masyarakat yang akan terkena dampak jika bahan baku listrik harganya mahal.

Dia menambahkan jika biaya transport dan regasifikasi saja sudah mencapai US$ 3,8 per MMBTU maka dipastikan harga di plant gate bisa sama saja atau lebih tinggi dari harga gas pipa maupun LNG domestik.

“Semua hal-hal yang berkaitan tawaran impor harus hati-hati dievaluasi,” tukas Arcandra.

Pemerintah sebelumnya dikabarkan sedang melakukan pembicaraan insentif dengan perusahaan asal Singapura terkait impor LNG.

“Tidak hanya Keppel Offshore & Marine, ada beberapa perusahaan trader lain yang menawarkan LNG ke Indonesia,” kata Arcandra.

Rencana impor LNG merupakan bagian dari pembicaraan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Singapura yang telah terjalin selama 50 tahun.

Rencananya LNG yang diimpor nanti hanya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik gas berkapasitas antara 25 MegaWatt (MW) sampai 50 MW dengan total kapasitas sebesar 500 MW.(RI)