JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memproyeksikan tidak ada peningkatan konsumsi BBM jenis Premium hingga akhir 2018, meskipun BBM dengan research octane number (RON) 88 tersebut kembali diwajibkan untuk disediakan di seluruh wilayah Indonesia.

Mas’ud Khamid, Direktur Pemasaran Retail Pertamina, mengatakan hingga Agustus konsumsi Premium masih sesuai dengan perkiraan.

“Masih aman kalau sampai akhir tahun. Premiumnya saja sampai Agustus itu sekitar 6,7 juta Kilo liter (KL),” kata Mas’ud kepada Dunia Energi, Selasa (18/9).

Pertamina yang wajib menyediakan Premium di seluruh Indonesia memproyeksikan konsumsi BBM RON 88 itu tidak akan melebihi kuota.(Foto.Alfian/Dunia-Energi)

Mas’ud menegaskan penyebab tidak akan membengkaknya konsumsi Premium di masyarakat adalah karena masih berlangsungnya migrasi penggunaan bahan bakar.

“Beralih ke Pertalite, growth-nya 30% dari Januari sampai Agustus ini,” tukas dia.

Menurut Mas’ud, pertumbuhan konsumsi BBM pada tahun ini masih tetap tumbuh stabil. Pertumbuhan penjualan BBM Pertamina sampai Agustus dibandingkan tahun lalu masih dikisaran 4% – 5%

Alokasi Premium pada tahun ini dipatok sebesar 10,5 juta KL atau turun dibanding 2017 sebesar 12,3 juta KL.

Pertamina juga memproyeksikan konsumsi Pertalite dan Pertamax Series mencapai 22,6 juta KL, naik dibanding realisasi sepanjang 2017 sebesar 20,5 juta KL. Hingga Juli 2018, konsumsi sudah sebesar 13,6 juta KL.

Mas’ud menambahkan, selain Premium yang diperkirakan tidak akan melebihi kuota, Solar juga sampai akhir tahun nanti konsumsinya tidak ada perubahan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun ini kuota Solar dipatok sebesar 15,4 juta KL. Hingga Juli, Solar  tercatat sudah terserap sembikan juta KL.

“Solar 14,5 juta KL (sampai akhir tahun). Tahun lalu 14,5 juta,  nanti kurang sedikit. Jadi tahun lalu, sekarang dan tahun depan sama,” kata Mas’ud.

Dia menambahkan proyeksi tahun ini merupakan proyeksi konsumsi Biosolar atau Solar yang sudah dicampur dengan biodiesel 20% atau program mandatory B20.

Penyebab stagnansi konsumsi Solar  disebabkan adanya migrasi konsumsi bahan bakar di masyarakat.

“”Pertumbuhan konsumsi naik kelas ke Dexlite dan Pertamina Dex,” tandas Mas’ud.(RI)