JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), emiten tambang batu bara yang juga anak usaha Banpu Plc, perusahaan tambang asal Thailand optimistis mencapai target penjualan batu bara sebesar 28,5 juta ton hingga akhir 2016, naik tipis dibanding realisasi 2015 sebesar 28,2 juta ton. Kirana Limpaphayom, Presiden Direktur Indo Tambangraya, mengatakan kenaikan harga batu bara merupakan hal yang baik bagi perseroan.

Harga batu bara mengacu pada Harga Batu Bara Acuan (HBA) menunjukkan tren kenaikan dalam empat bulan terakhir. HBA Juli tercatat sebesar US$53 per ton, naik US$1,19 atau 2,3% dibanding dengan HBA Juni 2016 sebesar US$51,81. Kecenderungan kenaikan HBA berlanjut setelah dua bulan berturut-turut HBA naik, yaitu HBA Maret 2016 dan HBA April 2016, dan turun pada Mei 2016. Selanjutnya HBA naik pada Juni-Juli 2016. Jika dibandingkan dengan HBA Juli 2015 US$59,16 (year on year), maka HBA Juli 2016 turun 10,4%

“Jika kenaikan ini (harga) berkelanjutan, ini merupakan hal yang baik. Produksi dan penjualan aktual sampai akhir semester I akan kami umumkan segera. Sampai saat ini volume produksi dan penjualan aktual masih sejalan dengan target produksi 26,9 juta ton dan penjualan 28,5 juta ton,” ujar Limpaphayom kepada Dunia Energi, Jumat 29/7).

Limpaphayom mengatakan dengan produksi sekitar 27 juta-28 juta ton per tahun, maka cadangan batu bara Indo Tambangraya yang mencapai 223 juta ton akan habis dalam kurun waktu 8 tahun-9 tahun mendatang.

Sepanjang kuartal I 2016, Indo Tambangraya mencatat volume produksi sebesar 6,2 juta ton dengan jumlah penjualan 6,9 juta ton. Negara-negara tujuan penjualan batu bara perseroan antara lain Jepang, China, India, Thailand, Filipina, Indonesia, dan negara di Eropa, Asia Timur, serta Pasifik.

Produksi batu bara Indo Tambangraya berasal dari tiga anak usahanya, yakni PT Bharinto Ekatama, PT Trubaindo Coal Mining dan PT Indominco Mandiri. Produksi batu bara perseroan merupakan kontributor terbesar bagi induk usahanya.(RA)