JAKARTA– PT Vale Indonesia Tbk (INCO), emiten pertambangan nikel,  menawarkan masing-masing sekitar 60-70% saham pada proyek smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara kepada calon mitra strategis  dari Tiongkok, Jepang, dan Kanada. Nico Kanter, Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter, proses tender penawaran proyek smelter ke mitra strategis saat ini dalam tahap awal.

“Opsi pencarian mitra strategis dibuka mengingat kebutuhan ekspansi yang besar dan panjangnya waktu pembangunan smelter. Setelah melalui seleksi, kini ada dua proposal yang menarik untuk dievaluasi lagi pada masing-masing smelter,” jelas Nico.

Di Pomalaa, perseroan membutuhkan pihak ketiga yang berpengalaman dalam memproduksi bijih nikel berkadar tinggi saprolit menjadi feronikel. Sebelumnya, di Pomalaa, Vale sudah menggandeng Sumitomo Metal Mining Co Ltd untuk memproduksi bijih nikel limonit.

Vale masih menanti proses perizinan dari pemerintah untuk proyek di Pomalaa dan Bahodopi. Sesuai ketentuan yang berlaku, perseroan harus memiliki saham minimal 30% pada smelter tersebut, sedangkan sisanya 70% boleh dimiliki oleh investor strategis.

Manajemen Vale belum dapat menyebut jumlah cadangan bijih nikel pada area kontrak karya Bahodopi dan Pomalaa. Sebagai informasi, luas area kontrak karya Bahodopi mencapai 22.699 hektare (ha) dan area Pomalaa mencapai 20.286 ha.

Kinerja finansial Vale hingga akhir September 2016 menunjukkan performa positif. Perseroan meraih laba US$ 13 juta, ditopang oleh efisiensi dan penurunan biaya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal sebelumnya perseroan mencatatkan rugi US$ 4,6 juta.

Hingga September 2016, perseroan mencatatkan volume penjualan sebanyak 20.615 metrik ton dalam matte dengan perolehan pendapatan sebesar US$ 158,6 juta, naik 2% 2% dari kuartal sebelumnya, sedangkan pendapatan meningkat hingga 15% dari kuartal II 2016. (DR)