KEGIATAN hulu migas yang bersifat high cost, high risk, and high technology akan survive apabila sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki menguasai teknologi. Pemilihan teknologi menja¬di sangat krusial. Dengan harga minyak yang rendah kita bisa survive karena memiliki teknologi yang bisa menjawab tantangan di lapangan serta mampu menerapkan kebijakan efisiensi di segala lini operasi, termasuk eksplorasi.

Selama ini orang menyangka karena harga minyak rendah, Pertamina mengurangi kegiatan eksplorasi. Padahal yang benar adalah kegiatan pengeborannya yang diseleksi lebih ketat. Sedangkan kawan-kawan eksplorasi,  baik geologist maupun geophysicist masih terus bekerja melakukan analisis dan evaluasi cekungan.

Pertamina berharap eksplorasi dapat menemukan lapangan sumber minyak dengan prospective resources yang lebih besar. Kebijakan manajemen Pertamina saat ini adalah memilih sumber minyak yang besar walau berisiko lebih tinggidibanding dengan sumber resources yang kecil. Harapan ditemukannya sumber minyak akan selalu ada selama  geologist dan geophysicist terus berpikir. Dalam melakukan eksplorasi minyak, geologist haruslah optimistis dan percaya bahwa masih ada sumber migas di Indonesia karena menurut fakta memang ditemukan migas di tempat-tempat yang diperkirakan tidak ada sebelumnya.

Kegiatan pengeboran eksplorasi migas.

Kegiatan pengeboran eksplorasi migas.

 

Bauran Teknologi

Penggunaan teknologi mutakhir dalam kegiatan eksplorasi sangat penting apalagi kegiatan ini full technology, baik  teknologi terkini maupun teknologi yang sudah dikembangkan, termasuk teknologi yang kami kembangkan sendiri. Di Pertamina,  secara berkala perangkat lunak (software) diperbarui. Kami selalu mendapatkan teknologi mutakhir untuk pemrosesan maupun interpretasi.

Dalam penggunaan teknologi, kami mencoba untuk melakukan bauran teknologi lama  dan juga menerapkan teknologi baru. Teknologi lama dengan sedikit sentuhan modifikasi kami gunakan untuk mendukung kegiatan eksplorasi.

Eksplorasi bariu selesai melakukan survei aeromagnetic gravity di Selat Kalimantan pada area seluas 16 ribu km2. Pesawat terbang di ketinggian 150-200 meter, kemudian mengukur gravity dan magnetic bumi. Hasilnya juga luar biasa, kami bisa mengidentifikasi besar cekungan jauh lebih presisi, selain mendapatkan struktur geologi yang lain, patahan, dan lipatan.

Di Kalimantan cekungannya sangat dalam sehingga seismik sendiri makin ke bawah makin hilang sehingga fungsinya dapat digantikan oleh gravity dan magnetic.

Pertamina juga melakukan survei seismik di Bunyu, Kalimantan Utara.  Wilayah itu penuh batubara sehingga survei seismik hasilnya tidak begitu bagus. Kami coba lakukan processing yang dipandu oleh magnetic. Magnetic Anomalies itu digunakan sebagai model geologi dan dimasukkan ke dalam proses seismik. Hasilnya ada perbaikan. Kami bisa memahami kondisi subsurface di sana. Ini luar biasa karena masalah resolusi seismic dapat ditingkatkan dengan mengombinasikan beragam teknologi. Kami hanya memperbarui tingkat resolusiseismik.

Ada beberapa kasus yang kami pecahkan memakai drone, contohnya di Jambi waktu melakukan survei seismik. Ada lubang bekas pengeboran seismik mengeluarkan air yang menyebabkan pemerintah setempat khawatir tragedi semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur terulang. Kami kemudian mencoba menggunakan drone.

Untuk memetakan topografi dari udara dan terlihat bahwa air keluar dari bekas galian pembuatan batu bata yang lebih dalam dari muka air Sungaio Batanghari yang melintasdi sebelah galian tersebut.

Kami juga melakukan kegiatan eksplorasi di padang pasir, di Aljazair. Survei seismik tidak pakai dinamit tetapi menggunakan mobil khusus yang dipasang teknologi vibroseis atu vibrator. Teknologi ini biasanya digunakan sebagai sumber getar yang diperlukan untuk survei sesmik di wilayah permukiman atau perkotaan. Getaran tersebut kemudian menjadi gelombang yang direkam dan menggambarkan struktur bawah permukaan bumi. Pertamina baru selesai melakukan reprocessing yang dilakukan oleh PT  Elnusa Tbk terhadap hasil seismic Vibroseis dengan hasil yang baik.

Penggunaan semua teknologi untuk kegiatan eksplorasi tersebut dilakukan dalam satu kerja sama di bawah Upstream Technology Center (UTC). Sejak September 2013, UTC memiliki pusat data yang diberi nama Pertamina Upstream Data Center (PUDC) di PasarMinggu, Jakarta Selatan. PUDC merupakan tempat penyimpanan seluruh data kegiatan hulu migas, baik data primer milik Pertamina maupun data sekunder yang berasal dari berbagai publikasi hasil risetdan kajian lembag alain yang berbasis aktivitas hulu migas dan ilmu serumpun lainnya.

Data-data tersebut meliputi data  geologi, geofisika dan rreservoar (GGR), produksi dan fasilitas produksi (PF), drilling, dan geothermal. Hal ini dimaksudkan agar seluruh data teknik upstram baik subsurfacemaupun surface dapat diintegrasikan dalam satu sistem manajemen sehingga memudahkan dan mendukung kegiatan evaluasi maupun studi para ahli migas dan panas bumi guna meningkatkan rasio kesuksesan temuan baru dan upaya menambah produksi.

Sebagai pusat riset dan teknologi, UTC diharapkanmampu berperan sebagai pemberi solusi dengan terobosan-terobosan baru yang bersifat massif di bidang teknologi sehingga dapat mendongkrak performa bisnis Pertamina secara signifikan.

UTC berkolaborasi dengan fungsi eksplorasi tengah berupaya mengembangkan riset berbagi konsep baru eksplorasi untukmencari  danmenemukan potensi cadangan migas yang lebih besar tanpa perlu melakukan banyak kegiatan pengeboran. (Doddy Priambodo, Senior Vice President Exploration PT Pertamina Persero)