SETELAH ditunjuk pemerintah menahkodai PT Perusahaan Gas Negara Tbk, Gigih Prakoso belum juga buka suara terkait rencana PGN yang kini menjadi subholding atau anak usaha PT Pertamina (Persero) yang ditunjuk jadi induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas.

Selang dua pekan kemudian baru akhirnya Gigih membeberkan strategi ke depan PGN sebagai pemain utama bisnis gas di level midstream dan downstream tanah air.

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN

 

Fokus utama yang menjadi target Gigih adalah memperbaiki kinerja perusahaan pada tahun ini.

“Target kami akhir tahun ini kinerja operasional dan keuangan harus meningkat, berapanya belum tahu. Kalau first half sudah tahu, mungkin diatas itu kalau sampai akhir tahun mungkin bisa double kan prognosanya,” kata Gigih ketika ditemui di Jakarta, Selasa (25/9).

Laba bersih PGN US$145,94 juta pada semester I 2018, melonjak 190,21% dibanding periode yang sama 2017 sebesar US$50,28 juta. Pendapatan naik menjadi US$1,62 miliar dibanding semester I 2017 sebesar US$1,41 miliar.

Pendapatan PGN sebagian besar berasal dari segmen distribusi gas, baik ke pihak berelasi maupun pihak ketiga yang mencapai US$1,26 miliar pada enam bulan pertama 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu US$1,16 miliar.

Setelah kinerja, target Gigih, yang juga mantan direktur di Pertamina selanjutnya adalah penyelesaian integrasi PGN dengan PT Pertamina Gas (Pertagas). Integrasi terutama terkait integrasi aset pipa milik kedua perusahaan. Tidak hanya di level midstream, tata kelola integrasi juga akan menyasar level downstream atau sampai kepada konsumen gas PGN maupun Pertagas.

Menurut Gigih, pipa Pertagas dan PGN diintegrasikan sampai nanti pengaturan pasar, sehingga tidak ada lagi duplikasi hingga gas akan mengalir dari semua transmisi distribusi PGN dan Pertagas. Subholding gas akan mengagregasi gas yang masuk ke sistem secara maksimal.

“Tadinya sendiri-sendiri, sekarang jadi satu, termasuk infrastruktur eksisting dipakai bersama. Kedepan bikin baru, bangun bersama. Jadi Pertagas ke transmisi PGN distribusi transmisi dan nanti anak-anak perusahaan, misalkan Pertagas Niaga, Gagas kita kondisikan di market-market mana mereka melakukan kegiatannya jadi ada pengaturan,” ungkap Gigih.

Integrasi aset pipa yang ditempuh nantinya tidak selalu harus dalam bentuk fisik atau sambungkan pipa milik kedua perusahaan. Dari sisi value chain juga bisa langsung dirasakan.

Salah satu contoh integrasi di Sumatera Utara yang sudah memiliki pipa distribusi PGN dan tinggal mengalirkan gas. “Nah nanti gasnya Pertagas yang dari Arun masuk ke sistem PGN, jadi nyambung,” tukas Gigih.

Program Jargas

Untuk ekspansi pasar gas baru melalui program Jaringan Gas Rumah Tangga, PGN minta dukungan dari pemerintah.

“Gas untuk rumah tangga menjadi fokus kami ke depan. Target pemerintah satu juta SR dan dalam lima tahun ke depan bisa kami realisasikan makanya kita diskusi bagaimana mewujudkan ini,” ungkap Gigih.

Jangka panjang, PGN akan membuka diri melakukan kerja sama dengan industri dalam rangka perencanaan pembangunan kawasan maupun fasilitas produksi yang membutuhkan gas sebagai bahan baku.

Menurut Gigih, PGN sudah dikenal core business-nya adalah distribusi dan transmisi gas. Kedepan, PGN juga mengembangkan retail gas utilization.

“Artinya industri yang butuh gas kami layani. Jadi tidak hanya distribusi tapi juga menyalurkan gas untuk bahan baku industri. Contohnya industri di daerah yang menggunakan gas. Kami coba melakukan study bareng pengembangan industri seperti apa, tapi ini untuk jangka panjang,” ungkap dia.

Salah satu industri yang menjadi target untuk bisa dilakukan kerja sama adalah petrokimia. Petrokimia menjadi penyerap gas, dan merupakan potensi pasar yang bagus bagi PGN.

Seiring sinergi dengan Pertagas maka potensi penambahan market penyaluran gas juga diproyeksi akan meningkat. Setiap tahun PGN memproyeksikan pertumbuhan konsumen gas 3%-5%. Dengan integrasi bersama Pertagas maka pertumbuhannya bisa lebih dari itu. “Kalau pertumbuhan market gas itu sebenarnya enggak terlalu besar. Dengan adanya area baru seperti Dumai, itu bisa tambah sekitar 6%-7% pertumbuhan marketnya,” tandas Gigih.(RI)