NAMA PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk kembali mencuat seiring keinginannya untuk kembali mengelola Blok Sanga Sanga di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pasca berakhirnya kontrak pada Agustus 2018.

Pemerintah yang sebelumnya telah menugaskan PT Pertamina (Persero) untuk mengelola delapan blok terminasi, salah satunya Sanga Sanga, menganulir keputusan tersebut. Pemerintah pun kembali melakukan evaluasi dan membuka kemungkinan operator eksisting untuk kembali melanjutkan kontraknya.

Saka Energi saat ini mengelola sepuluh blok PSC (production sharing contract) di Indonesia dan satu blok shale gas di Amerika Serikat. Tiga di antara blok PSC dioperasikan sepenuhnya oleh Saka dengan kepemilikan 100%. Ketiga blok tersebut adalah Pangkah PSC, South Sesulu PSC dan Wokam II PSC. Untuk Sanga Sanga, Saka mengoperasikannya bersama dengan ENI dan VICO.

Untuk mengetahui rencana perseroan ke depan untuk mengembangkan bisnis di sektor hulu migas, termasuk pengelolaan Blok Sanga Sanga, wartawan Dunia-Energi mewawancarai Tumbur Parlindungan, Direktur Utama Saka Energi, beberapa waktu lalu. Berikut kutipannya:

Kontrak Blok Sanga Sanga akan berakhir pada Agustus 2018. Bagaimana rencana Saka Energi, apa sudah diajak bicara oleh Pertamina?

Tanya Pertamina. Kami kan operator sampai 2018. Tanggal 7 Agustus 2018, baru dikembalikan ke pemerintah. Nanti pemerintah mau kasih ke Pertamina atau ke Saka, ya terserah pemerintah.

Bagaimana kinerja Sanga-Sanga hingga saat ini?
One of the best in the world. Itu kelas dunia, tapi tidak pernah dieksplorasi. Kalau ditanya masih banyak, (cadangannya) masih kok.

Saat ini Saka Energi telah menguasai 10 blok minyak dan gas di dalam negeri dan satu blok shale gas di Amerika. Ke depan, target yang ingin dicapai?
Saka memiliki empat hub, East Java, East kalimantan, Sumatera dan Papua. Indonesia membutuhkan infrastruktur. Gas Saka Energi untuk bantu PGN membangun infrastruktur. PGN tidak bisa membangun infrastruktur, jika tidak ada guaranty of supply. Kami tidak akan kompetisi dengan Pertamina, hanya komplementari Pertamina. Itu tugas kami.
Jadi hub pertama di Jawa Timur sudah ada gas dan sudah ada LPG. Kami akan eksplor disitu. Kalau sudah besar baru PGN membangun disitu. Apakah gasnya masuk di infrastruktur, itu tergantung pemerintah. Kami sih membantu PGN untuk membangun infrastruktur.
Jangan lupa PGN itu infrastruktur company, bukan oil and gas company. Nah sekarang kalau di East Kalimantan, kami ada berapa blok disana, karena tugas kita kan supaya di Kalimantan, PGN bisa membangun infrastruktur.

PGN mengalokasikan belanja modal US$100 juta untuk Saka pada 2017, untuk apa saja?
Kami ada pengeboran blok pengembangan. Kami juga punya Lapangan Jangrik yang baru produksi. Kami punya share 11,8% disana.

Ke depan target apa saja pengembangan WK yang ada?
Ya kalau eksplorasi harus mencari penemuan baru, sekarang kan produksi Saka sekitar 56 ribu BOPD–60 ribu BOPD.

Kontribusi produksi terbesar dari blok mana?
Relatif merata. Jangkrik ada, rata-rata sama. Nah kalau ada Amerika Serikat itu sebenarnya hanya untuk balancing supply gas di Indonesia. Kalau Indonesia butuh gas, kami bisa bawa, tapi bukan berarti gas di Amerika dibawa ke Indonesia, tapi swap.
Kami masih ada ekspor, jadi dari pada ekspor, gasnya buat lokal. Yang harusnya ekspor, kami bawa dari Amerika. Jadi tidak harus diekspor. Kalau bisa disupply dari Amerika, kenapa harus dari Indonesia.

Tahun ini masih ada rencana untuk akusisi blok migas?
Ada sih, tapi tidak bisa ngomong dulu kalau belum selesai. Target kami kan sekitar 60 ribuan BOPD sampai akhir tahun.

Ada lelang wilayah kerja migas, Saka Energi berminat?
Minat, kami mau kok ambil dua blok. Sekarang sedang join study.

Dengan skema gross split masuk?
Ya kami harus menyesuaikan, kenapa protes. Kami di Amerika Serikat, gross split kok. Jadi bagaimana kami sesuaikan saja, kalau enggak ekonomis ya berhenti produksi atau tidak usah eksplorasi. Simple kan tinggal dikembalikan.

Saka selain dua WK baru, pengembangan ke depan?
Tergantung infrastuktur, kami tergantung itu. Sekarang yang ada dulu aja.

Sekarang kontribusi Saka Energi ke PGN berapa besar?
Sekitar 8%-10% dari semua volume kita ke PGN, ke pipanya PGN. Nah kalau dolar lain lagi.

Bagaimana kinerja keuangan Saka Energi?
Revenue sekitar 10-20%, EBITDA 40%

Tapi laporan keuangan Saka Energi menunjukkan perusahaan masih rugi?
Oil company diseluruh dunia, net income pasti negatif. Kami tidak peduli sama itu, net income ada depresiasi. Depresiasi itu kalau harga minyak turun, kami harus depresiasi value-nya. Jadi turun, padahal minyaknya ada dibawah. Jadi pasti negatif itu. yang dilihat itu cash-nya masih banyak karena itu kami bisa ngebor. Kami kejar cash flow, karena kalau net income akuntansi saja, ada interest, depresiasi dan lainnya.
Kalau rugi bukan karena rugi kinerja tapi karena impairement dari reserve. Kami awalnya di value dengan harga minyak US$100 per barel pada 2014, tapi ternyata turun, jadi value diturunin lagi minyak masih ada dibawah. Akan positif lagi kalau harga minyak naik. Jadi bukan karena kinerja atau cash-nya hilang.(RA/RI/AT)