JAKARTA – Pembangunan teknologi transmisi daya arus searah (High Voltage Direct Current/HVDC) berkapasitas 500 kV melalui jalur bawah laut untuk pengembangan pembangkitan Sumatera-Jawa diklaim tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Meski demikian, pembangunan HVDC tetap masuk dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026.

“Saat ini Sumatera masih membutuhkan pasokan listrik. HVDC baru akan dibangun sekitar 2022-2023. Pada dasarnya, jalur transmisi tersebut akan dibangun saat Sumatera sudah kelebihan suplai listrik,” ujar Amir Rosidin, Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN (Persero) di Jakarta, Senin (10/4).

Pemerintah menegaskan pembangunan HVDC jalur laut Sumatera-Jawa harus tetap dilakukan karena sejalan dengan kebijakan pengembangan pembangkitan untuk mentransfer energi listrik dari wilayah yang mempunyai sumber energi primer tinggi ke wilayah lain yang mempunyai sumber energi primer terbatas.

“Mungkin 2024 itu harus selesai. Pembangunannya harus mulai di 2021,” kata Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dalam RUPTL 2016-2025, proyek transmisi HVDC Sumatera-Jawa sempat menjadi perdebatan. PLN mempertanyakan urgensi proyek tersebut. Pada RUPTL 2017-2026, pertumbuhan kebutuhan listrik di Sumatera diperkirakan sebesar 11,2% per tahun dengan estimasi pembangkit listrik sebesar 21.013 megawatt (MW) pada 2026. Kondisi saat ini, Sumatera baru memiliki pembangkit dengan daya mampu 8.755,42 MW.

Menurut Jonan, pada 2020 diprediksi pertumbuhan ekonomi sudah mencapai enam persen dan Pulau Jawa akan kelebihan suplai listrik sebanyak 5 gigawatt (GW).

“Dari kondisi tersebut, diharapkan program transmisi HVDC tidak hanya mengaliri listrik dari Sumatera ke Jawa, tetapi dari Jawa ke Sumatera juga dapat dilakukan,” tandas Jonan.(RA)