JAKARTA – PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA), emiten tambang batu bara dalam beberapa tahun terakhir menginvestasikan dana besar untuk membangun pembangkit listrik. Bisnis listrik diprediksi akan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan Toba Bara pada 2020. Saat ini seluruh pendapatan perusahaan berasal dari penjualan batu bara.

“Pembangunan pembangkit listrik akan menambah dari sisi aset, earning, dan mengubah karakteristik risk profile perusahaan dari mining only menjadi lebih stabil dalam jangka panjang,” kata Pandu Sjahrir, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Toba Bara di Jakarta, Senin (31/7).

Toba Bara gencar mengikuti tender dan membangun sejumlah pembangkit listrik untuk PT PLN (Persero). Salah satunya melalui anak usahanya PT Gorontalo Listrik Perdana yang membangun PLTU Sulbagut-1 dengan kapasitas 2×50 MW di Gorontalo, Sulawesi.

Proyek dengan nilai investasi US$ 210-220 juta ini telah mencapai financial closing dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai US$ 171,78 juta. Sisa kebutuhan pendanaan proyek dipenuhi dari modal perseroan.

Juli Oktarina, Direktur Gorontalo Listrik, mengatakan konstruksi PLTU Sulbagut-1 akan dimulai pada kuartal I 2018 dan diestimasi bisa beroperasi komersial (commercial operating date/COD) pada kuartal II 2020.

Toba Bara juga tengah mencari dana untuk pembangunan PLTU Sulut-3 di Minahasa yang akan dibangun oleh anak usahanya, PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL). PLTU dengan kapasitas 2×50 MW. Nilai proyeknya diperkirakan US$220 juta dan ditargetkan mencapai financial closing pada April 2018.

Perseroan juga memiliki PLTU Palu dengan kapasitas 2×15 MW yang dibangun pada 2004 kemudian ditambah kapasitasnya sebesar 2×18 MW pada 2014. PLTU tersebut beroperasi secara komersial pada 2016. Perseroan juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan kapasitas 2×41 MW pada 2012 kemudian ditambah kapasitasnya sebesar 2×35 MW pada 2016 dan diestimasi COD pada 2019.

Pembangunan pembangkit listrik juga akan meningkatkan penyerapan batubara perseroan. Untuk setiap 100 MW, konsumsi batubara diestimasi mencapai 400 ribu-500 ribu ton per tahun.

Toba Bara menargetkan produksi batu bara tahun ini sekitar 5 juta ton-6 juta ton atau relatif sama seperti 2016. Pada kuartal I 2017, perseroan mencatat pendapatan sebesar US$62,7 juta, turun 1,4% dibandingkan dengan kuartal I 2016. Adapun laba bersih perseroan mencapai US$ 10,2 juta, melejit 96,2% dibanding periode yang sama tahun lalu.(RA)