JAKARTA – PT Toba Bara Tbk (TOBA) terus mengkaji potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mulut tambang melalui skema kerja sama dengan PT PLN (Persero). Pandu Sjahrir, Direktur Toba Bara, mengatakan bahwa pengembangan PLTU mulut tambang saat ini sangat tergantung pada lokasi.

“Kami masih melihat yang eksisting sekarang itu IPP (independent power producer). Mulut Tambang sekarang tergantung lokasi, matematikanya lebih sulit kalau dibandingkan dengan yang dulu,” kata Pandu kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Menurut Pandu, Toba Bara masih menunggu contoh kongkrit dari hasil kerja sama pengembangan PLTU mulut tambang antara PLN dan pihak swasta.

Saat ini PLN menggunakan skema pengembangan PLTU mulut tambang dengan menunjuk anak usahanya untuk kemudian bekerja sama dengan pihak swasta.

Disisi lain, Toba Bara melalui anak usahanya, anak usaha PT Gorontalo Listrik Perdana dan PT Minahasa Cahaya Lestari, sedang mengembangkan PLTU batu bara di Sulawesi Utara (Sulut) dan Sulbagut.

Gorontalo Listrik Perdana telah mencapai financial close untuk proyek PLTU 2×50 MW Sulbagut 1 di Provinsi Gorontalo, Sulawesi. PLTU Sulbagut 1 adalah konsorsium yang diprakarsai oleh Toba Bara (60%), dan PT Toba Sejahtra (20%), dan Shanghai Electric Power Construction Co.Ltd (SEPC) (20%).

PLTU Sulbagut 1 menelan investasi sebesar US$ 210 juta-US$230 juta, dimana seluruh dana proyek berasal dari pinjaman Bank Mandiri.

“Kami lihat dulu bagaimana pendanaannya, belum ada contoh kongkrit disitu. Jadi kami ingin pelajari dulu, lihat contoh suksesnya dulu. Kami lihat yang besar (perusahaan besar) itu bagaimana,kalau sukses kita yang medium size akan ikut,” tandas Pandu.(RA)